INDAHNYA HIDUP DITENGAH-TENGAH PERBEDAAN

Sudah menjadi rutinitas bagi Badan Amalan Islam (BAI) provinsi Jawa Tengah pada setiap datangnya bulan suci Ramadhan menyelenggarakan kegiatan shalat tarawih keliling (tarling) yang bertempat di beberapa instansi di Jawa tengah secara bergiliran.

UIN Walisongo Semarang tadi malam mendapat giliran sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan tarling di bulan ramadhan kali ini.

Pelaksanaan tarling putaran ke-6 ini dilaksanakan di gedung auditorium II kampus III, Jl. Prof Dr Hamka, ngaliyan Semarang. Seperti biasanya, kegiatan tarling ini diikuti oleh jamaah
yang berasal dari warga UIN Walisongo, pengurus dan anggota BAI Jateng  serta warga setempat di sekitar Ngaliyan. Banyak juga jamaah yang berasal dari luar Ngaliyan, mereka ini biasanya ikut keliling dimanapun tarling BAI Jateng ini digelar, bahkan ada yang dari Kendal, Kudus dan lain sebagainya, jumlah seluruhnya sekitar 4000 orang.

Sebelum tarawih dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan shalat Isya’ berjamaah, dan bertindak sebagai imam adalah KH A Haris yang sekaligus menjadi imam shalat tarawih.

Selesai shalat tarawih, diadakan kultum atau ceramah yang disampaikan oleh KH Supandi. Dalam ceramahnya, beliau menjelaskan bahwa ketika datang bulan suci Ramadhan sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad SAW, maka pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup dan syetan dibelenggu, tetapi menurutnya banyak kaum muslimin yang tidak bisa memanfaatkannya dengan baik untuk menuju surga dengan cara beramal shaleh, tapi banyak yang berbuat munkar, seperti adanya pertikaian yang mestinya tidak perlu terjadi di kalangan umat Islam sendiri mengenai tarawih.

Sejak dulu saya belum lahir sampai sekarang, masalah tarawih itu delapan atau dua puluh masih saja diperdebatkan dan tidak ada habisnya ungkapnya.

Menurut saya perbedaan adalah nikmat dan sunnatullah oleh karenanya dengan adanya perbedaan tersebut kita bisa memahami orang-orang disekitar kita. tandasnya

Disamping itu, supandi menjelaskan bahwa nafsu itu senantiasa mengajak pemiliknya alias manusia untuk tidak akan pernah merasa puas guna memperoleh apa yang diinginkan.

Nafsu tidak akan pernah terhenti pada terminal puas, bila nafsu dimatikan, maka akan kiamat, karena nafsu itu keinginan dan tidak semua keinginan itu jelek, seperti ketika orang dahaga, muncul nafsu minum, ketika orang lapar, muncul nafsu makan dan seterusnya. Demikian tegasnya.

Oleh karena itu, lebih jauh dia menjelaskan perlu adanya pengendalian nafsu dengan sebaik-baiknya agar tidak salah dalam menerapkannya.

Kegiatan BAI Jateng ini diikuti dengan donor darah dari PMI Semarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *