MAHASISWA PGMI FITK UIN WALISONGO ADAKAN PENTAS TARI KOLOSAL

Semarang– Sebanyak 115 mahasiswa program studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, mementaskan sendratari cerita Ratu Kalinyamat. Pergelaran kolosal itu berlansung di Gedung Serba Guna (GSG) Kampus III UIN Walisongo Semarang, Jalan Prof Dr Hamka, Ngaliyan.

”Ini merupakan tugas akhir semester mata kuliah sendrataridan menjadi kegiatan wajib bagi para calon guru,” kata inisiator acara, Abdullah Ibnu Thalhah di lokasi, kemarin.

Menurut dosen seni UIN Walisongo sekaligus pengampu mata kuliah sendratari ini, mahasiswa, khususnya calon guru harus memahami keilmuan yang terintegrasi antara keislaman, antropologi dan seni budaya.

Hal ini supaya memiliki fondasi yang kuat saat terjun di masyarakat. Diharapkan, para calon guru madrasah tidak hanya pintar mengaji, tetapi juga mahir mengajar tari dan seni.

”Semangat ini yang kami harapkan dari pergelaran sendratari ini,” ujarnya. Kegiatan berlangsung meriah. Selain menyedot pengunjung, kegiatan tersebut juga diramaikan komunitas teater di lingkungan UIN Walisongo Semarang.

Dijelaskan Ibnu Thalhah, ada tiga tema dalam kegiatan tersebut, yakni Sumpah Setia Kalinyamat, Pencarian Tuhan Ibrahim, dan Musa si Pembelah Laut. Nuansa Jawa saat pentas sangat kental, seperti dari pilihan kostum, properti sampai musik pengiring.

Konsisten

”Tafsir tentang cerita para nabi dalam konteks Indonesia memiliki nilai artistik tersendiri. Ini untuk membumikan pesan Nabi kepada masyarakat Indonesia seperti yang para Walisongo,” imbuhnya.

Dekan FITK, UIN Walisongo Semarang, Raharjo yang turut menyaksikan kegiatan tersebut, berharap, kegiatan semacam itu terus dilakukan karena dapat nguri-uri budaya dan tradisi yang ada. ”Kami bangga pada mahasiswa PGMI saat menampilkan sendratari.

Mereka total melakukan pentas ini,” katanya. Menurutnya, para peserta berhasil menaklukkan tantangan di tengah keterbatasan yang ada. Ini dapat menjadi bekal bagi mahasiswa ketika terjun di masyarakat atau dunia pendidikan.

Dijelaskan Raharjo, UIN Walisongo bertekad untuk terus merawat tradisi lokal yang ada di masyarakat. ”Kegiatan ini harus dilakukan secara konsisten. Sebab, institusi pendidikan sebagai salah satu pelaku merawat kebudayaan,” ujar Raharjo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *