DISKUSI PUBLIK & BEDAH BUKU; Saring Sebelum Sharing

SEMARANG  – Salah satu rangkaian acara menyambut Dies Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo ke 49, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) bersama penerbit Bentang Pustaka Yogyakarta menggelar Diskusi Publik dan Bedah Buku dengan judul “Saring sebelum sharing”, Jumat (15/03) di auditorium 1 kampus satu UIN Walisongo Semarang. Selain pengurus LP2M, Dekan, dan Dosen, acara juga dihadiri oleh praktisi akademis dan mahasiswa dengan lebih dari 200 peserta. Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan laporan kegiatan oleh Ketua LP2M Dr. H. Sholihan, M.A. Acara dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Walisongo Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. dalam sambutannya Muhibbin mengatakan,

“Sekarang ini, dalam menerima arus informasi yang begitu bebas, kita harus jeli memilah dan memilih mana berita informasi yang belum jelas, yakni dengan saring, teliti, dan tidak cepat atau asal sharing. Kita juga bisa menilai informasi dari sisi tasawuf. Pada intinya dimulai dari diri kita, ingat saring dahulu baru setelah disaring dengan baik silahkan jika ingin sharing. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dalam bedah buku ini”.

Diskusi publik dan bedah buku tersebut kemudian dimulai oleh moderator Dr. Rusnadi, M.Si. Narasumber utama Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D, selaku penulis buku “Saring sebelum sharing” dan Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand. Nadirsyah dalam pemaparannya menjelaskan bahwa buku saring sebelum sharing lahir dari sejumlah pertanyaan, yang banyak ditanyakan oleh netizen di media social, kemudian dikemas dengan penjelasan bahasa yang mengikuti zaman yakni era milenial.

 

Sebagai pembanding, narasumber kedua Dr. H. Najahan Musyafak, M.A. Najahan dalam pemaparannya menerangkan, “Fokus buku ini sangat bagus yakni, Nabi Muhammad sebagai Role Model di Era milenial, kemudian focus mengenai respon terhadap tema yang merakyat, dalam artian sedang dihadapi masyarakat saat ini, seperti masalah ISIS, bid’ah, mengkafirkan, bendera HTI, gerakan slafi, termasuk dakwah media sosial dan lain-lain. Kemudian penulis buku saring sebelum sharing menarasikan dalam bahasa tutur akademik sebagaimana pengalaman hidup dan spiritual penulis buku.”

Dalam penjelasan lanjutan, Najahan juga memaparkan Sembilan source credibility. Kejelasan organisasi yang bertanggungjawab, reputasi sumber, siapa penulis informasi, kualifikasi penulis dengan subyek, ketepatan informasi, opini ataukah spekulasi, kapan situs tersebut dibuat, kapan situs diperbarui, dan cek dengan sumber lain sebagai penguat. social media is not about what each one of us does or says, but about what we do and say together, worldwide, to communicate in all directions at any time by any possible (digital) means. -Michelle Chmelewski-.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *