Humas – Program beasiswa
pembinaan dan pendidikan mahasiswa miskin dan berprestasi (Bidikmisi) di
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) masih belum memadai. Pasalnya kuota
Bidikmisi yang diberikan tahun 2012 total seluruhnya baru 2100 kuota. Jumlah 2100
ini tersebar di 32 PTAIN.
Hanya enam perguruan tinggi yang mendapatkan kuota diatas seratus sementara yang lainnya masih
dibawah standar. PTAIN yang mendapatkan kuota diatas seratus yaitu, UIN Maulana
Malik Ibrahim 170 kuota, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 150 kuota, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 150 kuota, UIN Sunan Gunung Jati Bandung 130 kuota, UIN
Alaudin Makassar 140 kuota, UIN Sultan Syarif Kasim Riau 130 kuota, IAIN Sunan
Ampel 100. Sementara PTAIN yang lain mendapatkan rata-rata masih dibawah standar, misalnya IAIN Walisongo
85, STAIN Salatiga 35,.STAIN Jember 35, STAIN Pontianak 15.
Prof. Muhibbin,
rektor IAIN Walisongo mengatakan, Kuota Bidikmisi ini sangat kurang memadai,
mengingat jumlah PTAIN yang tersebar di Indonesia sangat banyak. Ini belum
termasuk terguruan tinggi islam swasta. Di IAIN Walisongo saja penerimaan
mahasiswa baru sekitar 2000 sampai 3000 mahasiswa, jika beasiswa yang diberikan
hanya 2000, buat mahasiswa di satu
perguruan tinggi saja tidak cukup.
“Jumlah nominal
yang didapat sebaiknya dikurangi guna menambah kuota. Calon mahasiswa yang
lolos di tes jalur bidik misi akan mendapat 600 ribu per-semester. Sehingga dalam
setahun mereka mendapatkan 1,2 juta. Hal ini, bagi perguruan tingi agama islam
negeri terlalu banyak,â€tandasnya.
Ditambahkan,
jumlah nominal beasiswa bisa dikurangi guna menambah jumlah kuota beasiswa Bidikmisi.
Misalnya per-tahun hanya dikasih 600ribu, ini kan sudah efektif. Sehingga nantinya
semakin banyak para siswa kurang mampu/miskin semakin banyak yang bisa
melanjutkan ke PTAIN.
Dia
mengharapkan, tahun mendatang jumlah tersebut dapat ditingkatkan. “meski begitu,
kami tetap menghargai. Itu tandanya pemerintah perhatian terhadap perguruan
tinggi islam. Supaya adil jumlahnya bisa ditingkatkan,†tambahnya.(soim)
