Tradisi Yang Tidak Boleh Ditinggalkan

Sudah menjadi kebiasaan
di IAIN Walisongo setiap datangnya bulan suci Ramadhan mangajak warganya untuk
senantiasa mengisinya dengan amalan yang lebih dibandingkan bulan laninnya,. Hal
ini mengingat Ramadhan adalah bulan yang diturunkan oleh Allah SWT dengan
segudang keistimewaan, lebih-lebih IAIN yang notabene sebagai lembaga Perguruan
Tinggi Agama Islam terbesar di Jawa Tengah sudah seharusnya merespon secara
baik dengan cara memberikan fasilitas untuk itu.

Adalah Badan Amalan
Islam (BAI) IAIN Walisongo sebagai penanggung jawab atas kegiatan keagamaan punya
peran besar untuk mengisi Ramadhan 1432 H dengan beberapa kegiatan yang bisa
disusguhkan kepada warga IAIN Walisongo dan juga warga sekitar yang hendak
mengikutinya.

Ramadhan kali ini lebih
diintensifkan dibandingkan Ramadhan sebelumnya. “Kalau dulu pengajian hanya
dilaksanakan seminggu dua kali, setiap Senin dan Kamis, tetapi sekarang setiap
hari kerja selain Jum’at” tegas  ketua
BAI IAIN Walisongo, Drs. H. Khusaeri M.Ag.

Menurutnya disamping
kegiatan malam hari berupa Tarawih dan Tadarus Al-Qur’an setiap malam di tiga masjid,
yakni Baitul Huda, Kampus I, Masjid Al-Fithroh, Kampus II dan Masjid Walisongo,
kampus III, juga diadakan Kajian kitab kuning atau kitab salaf yang
diselenggarakan di masjid Baitul Huda Kampus I setiap hari jam kerja setelah
shalat Dhuhur berjamaah.

Lebih lanjut pria
kelahiran Brebes yang saat ini menjabat sebagai Kabag Keuangan IAIN Walisongo
ini juga menjelaskan bahwa tradisi yang baik seperti ini harus dijaga, karena
disamping sebagai peningkatan ibadah di bulan suci Ramadhan, juga dapat
menambah wawasan keagamaan, khususnya bagi karyawan, dosen dan Mahasiswa. Dan rencananya
selama dia masih menjabat sebagai ketua BAI, maka tradisi semacam ini akan
dilestarikan karena sebenarnya para ulama terdahulu di tanah Jawa ini dalam mengisi
kegiatan Ramadhan mengadakan posonan, yakni pengajian khusus bulan puasa
dengan kajian kitab kuning atau kitab salaf,  dan tradisi ini masih dijalani secara turun
terumun sampai sekarang.

Dua orang pembaca kitab
kuning (kitab salaf) secara bergantian, yaitu Dr. H. Awaluddin Pimay,
Lc, MA dan Dr H Ahmad Fadlolan Musyafa’ Lc, MA.

Dr. Awaluddin membaca kitab
Durratun Nasihin setiap hari Senin dan Rabu setelah Shalat Dhuhur
berjamaah, sedangkan Dr. Ahmad Fadlolan membaca Mau’idhatul Mukminin
Ikhtishar li Ihya’ Ulumuddin
setiap hari Selasa dan Kamis.

Kedua kitab ini
berisikan tasawuf, tata cara ibadah, mauidhah-mauidhah yang baik, kisah-kisah
orang shaleh dan lain sebagainya, sehingga apabila seorang muslim dapat memahaminya
dengan baik, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka dia akan
mendapatkan derajat yang mulia sebagai insan kamil (manusia sempurna).

Kegiatan tersebut
rencananya akan berlangsung sampai tanggal 25 Agustus nanti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *