TERSENYUM DALAM MERAWAT ANAK

Secara naluri, manusia memang akan merasa sangat senang dengan kehadiran seorang anak, bahkan ketika sudah beberapa waktu, sang anak yang dinantikan belum muncul juga, maka orang tua biasanya sangat sedih dan bimbang. Namun dalam kenyataannya, ada juga orang yang tidak suka dengan kehadiran seorang anak, semisal ketika orang tersebut masih ingin mengembangkan kariernya dan belum mau direpotkan dengan anak, atau ketika orang tersebut belum diikat dalam sebuah pernikahan yang resmi, sehingga anak tersebut justru akan menjadi aib baginya.
Kelahiran anak bagi pasangan suami isteri memang menjadi salah satu pengikat yang kuat untuk tetap bertahan dalam mempertahankan mahligai rumah tangga. Bahkan dalam kisah nabi nabi, semisal nabi Ibrahim, justru baru mendapatkan putra pada saat usianya sudah senja. Kita juga sering mendapai pasangan suami isteri yang kemudian berantakan, setelah cukup lama tidak mendapatkan keturuanan. Itulah gambaran umum yang terkait dengan kehadiran seorang anak, sehingga secara umum seharusnya memperlakukan anak dengan sangat baik.
Karena itu berbahagialah mereka para orang tua yang selalu mengingat persoalan tersebut, sebab dengan begitu para orang tua akan dapat mendidik dan merawat anak dengan penuh kasih dan sayang, walaupun dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Tentu kita diharapkan tidak akan pernah mengeluh hanya disebabkan oleh kenakalan anak, karena bagaimanapun anak itu mempunyai potensi untuk nakal dan sekaligus juga mempunyai potensi untuk baik. Hanya pengarahannya saja yang pada akhirnya akan menentukan kebiasaan mereka.
Disamping itu ketika kita mengingat masalah tanggung jawab orang tua terhadap anak, ditinjau dari sisi ajaran agama, tentu kita harus lebih berkonsentrasi lagi dan serius dalam mengurus dan medidik mereka. Salah satu hadis nabi Muhammad saw berbunyi bahwa kewajiban orang tua terhadap anak, ialah memberi nama yang bagus untuk anak, mengajarkan kepada mereka tentang agama dan kemudian juga menikahkan mereka pada saatnya.
Nah, kewajiban kedua, yakni mendidik dengan didikan agama tentu sangat luas, karena agama, lebih lebih Islam dengan sangat jelas memberikan penegasan bahwa anak merupakan amanah yang harus dipelihara dengan sangat baik. Karena itu siapapun yang menyia nyiakan amanah, ykani anak, maka dia harus siap siap untuk mendapatkan balasannya dari Allah swt. Banyak orang yang terpedaya disebabkan oleh anak, dan juga sebaliknya banyak pula orang yang terselamatkan disebabkan oleh anak.
Kalau kita mendidik anak sehingga mereka menjadi orang salih, tentu mereka termasuk umat nabi Muhammad saw yang dibanggakan oleh beliau. Nabi sangat menyayangi uamatnya, bahkan melabihi segala sesuatu. Pada saat beliau akan wafat, satu hal yang diingat beliau ialah tentang umatnya, dan bukan sekedar keluarga apalagi hartanya. Beliau selalu menanyakan bagaimana dengan umat beliau sepeninggal beliau nanti, apakah mereka masih tetap menyembah Allah atau tidak.
Dengan begitu pada saat kita mendidika anak, sekaligus kita juga berandil dalam membentuk seorang umat nabi Muhammad saw. lantas bagaimana mungkin kita sebagai orang tua dapat berbuat tidak layak kepada anak sendiri, sedangkan nabi Muhammad saja sangat menyayanginya. Dengan kata lain kita harus merawat dan mendidik anak dengan senyum bukan dengan wajah cemberut, apalagi dengan mengatakan sesuatu yang bernada keberatan dan penyesalan. Bahkan kedukaan dalam menjalani hidup, jangan sampai ditunjukkan dan diketahui oleh anak.
Siapapun yang menanam, dipastikan dia akan mengunduhnya. Demikian juga jika dikaitkan dengan mendidik anak, ibaratnya juga menanam. Artinya jika kita merawat anak dan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang, tanpa keluhan sedikitpun bahkan seluruh kasih sayang yang ada kita curahkan untuk mereka, tentu pada saatnya kita akan menuai kebahagiaan yang tiada tara. Pada saat kita menyaksikan anak anak tumbuh dengan bagus dan tetap berada dalam koridor agama Tuhan, pastilah hati dan pikiran kita menjadi sangat tenang dan tenteram.
Meskipun kita tidak mengharapkan bahwa mereka nantinya akan membalas kebaikan dengan merawat kita, tetapi anak anak yang salih pasti mereka akan sangat bangga bilamana mereka dapat merawat dan membahagiaan kita sebagai orang tua. Jadi kita juga tidak perlu khawatir dengan masa tua kita, karena pasti kita akan masih terhormat dan ibaratnya memetic buah atas usaha kita dalam menanamkan pendidikan dan akhlak pada diri mereka.
Sebaliknya jika kita tidak dapat mewrat dan mendidik mereka dengan baik, pada saatnya kita akan lebih menderita, terutama jika kita sudah tidak berdaya, sedangkan mereka sama sekali tidak mau peduli kepada kita. Mereka seolah lupa atas jasa kita, karena mererka memang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menjadi orang baik dan berakhlak. Lantas betapa nestapanya kita, justru pada saat kita membutuhkan perhatian mereka, namun mereka sama sekali tidak peduli.
Keikhlasan dalam menunaikan amanah, berupa mendidik anak dan membesarkan mereka dengan baik, merupakan sebuah kewajiban agung yang memang harus diwujudkan, meskipun kita tidak berharap balasan dari mereka. Tanggung jawab kita sebagai penerima amanah yang memang sengaja kita minta, seharusnya bukan sekedar melakukan kewajiban dalam merawat, melainkan juga sekaligus diselimuti dengan perasaan bangga dan bahagia.
Proses dalam mendidik anak memang cukup panjang dan bukan secara instan, karena diperlukan pembiasaan atas hal hal baik yang nantinya harus tetap mereka lakukan dan pelihara. Pertama tentu kita harus mengenalkan mereka kepada Tuhan, sebagai Pencipta dan maha Segalanya. Pengenalan kepada sang Khalik itu tentu juga dibarengi dengan hak dan kewajiban kita kepada Tuhan tersebut, sehingga dengan kesadaran penuh, mereka nantinya akan dapat melakukan dan menunaikan hak dan kewajiban tersebut dengan seimbang.
Pengenalan terhadap akhlak, baik kepada diri sendiri, sesame manusia, dan juga kepada lingkungan, juga harus tetap dilakukan, seiring dengan akhlak kepada Tuhan. Apa yang diperkenalkan oleh Luqman hakim kepada anaknya sebagaimana digambarkan di dalam al-Quran, sungguh sangat bagus dan layak untuk kita tiru dalam kehidupan keluarga kita dan dalam memberikan pendidikan dasar kepada anak anak.
Ketika dasar dasar tersebut sudah melekat dalam diri anak, maka pengembangannya pun juga tetap kita awasi dan perhatikan. Kalau toh kita tidak ammpu melakukannya sendiri, maka kewajiban kita untuk mendidik mereka dalam lingkungan yang baik, sebab bagaimanapun kuatnya dasar yang telah kita fondasikan, namun lingkungan keseharian juga akan mampu membentuk watak, sehingga kalau lingkungan anak tersebut jelek dan cenderung menjauh dari Tuhan dan akhlak, pasti pada saatnya anak anak akan terjerumus juga pada kejelekan tersebut.
Artinya perhatian kita dan kasih sayang kita juga harus tetap kita terapkan dan pupuk, meskipun secara langsung kita tidak mempu melakukannya sendiri. Kita masih harus tetap bertanggung jawab atas perkembangan mereka, yakni kita didik di lingkungan pesantren yang sekaligus juga emngajarkan tentang ilmu pengetahuan modern dan teknologi. Dengan begitu kita nantinya tidak khawatir bahwa mereka akan tertinggal mengenal perkembangan dunia dan juga persoaolan kewajiban sebagai seorang hamba kepada Tuhannya.
Kita berdoa semoga anak anak kita menjadi anak yang salih dan kita dalam proses mendidik tidak bosan serta terus menunjukkan kasih sayang serta perhatian yang maksimal. Kita harus terus memberikan senyum kepada mereka, meskipun padav saat kita sedang menghadapi kesulitan apapun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *