Selamat Datang Bulan Rajab

Bagi sebagian umat muslim, bulan Rajab merupakan bulan istimewa, karena di dalamnya banyak hal yang sangat perlu untuk dikenang dan manfaatkan. Salah satu pweristiwa yang hingga saat ini masih setia diperingati oleh mayoritas umat Islam ialah isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, yang kemudian juga dipercaya membawa hasil diwajibkannya menjalankan shalat lima waktu dalam sehari semalamnya. Peristiwa isra’ mi’raj tersebut sungguh merupakan momentum penting bagi umat muslim, karena mengandung nilai yang sungguh sangat luar biasa.
Namun sebagian umat muslim juga ada yang meyakini bahwa bulan Rajab ini memuat banyak keistimewaan, terutama jika mau mengamalkan beberapa hal yang diyakini akan mendapatkan banyak pahala. Memang untuk amalan yang mendapatkan pahala berlipat ganda di bulan Rajab tersebut masih diperdebatkan oleh banyak orang, namun seyogyanya kita tidak perlu memperpanjangnya dengan ikutan membincangkannya. Cukuplah bagi kita jika meyakininya, silahkan untuk diamalkan, dan jika tidak meyakininya, cukup ditinggalkan saja.
Secara substansial, sesungguhnya beramal baik itu tidak terbatas atau dibatasi oleh waktu dan ruang, karena Tuhan pasti akan mengetahuinya, apakah amalan tersebut dilaksanakan untuk kepentingan amal secara murni ataukah ada kepentingan lain di baliknya. Untuk mengamalkan berbagai wirid atau bacaan yang baik dan juga sekaligus sebagai doa untuk kita, sebaiknya kita tidak perlu memperdebatkannya, melainkan silahkan untuk langsung diamalkan.
Bahkan sesungguhnya amal yang terbaik itu tidak mempertimbangkan pahala yang akan didapatkan, cukuplah ikhlas karena Allah SWT, termasuk jika kita menjalankan kewajiban shalat misalnya, yang terbaik ialah shalat untuk dan karena Allah SWT, bukan karena takut siksa dan menginginkan pahala dan surga. Bukan tidak boleh untuk mengerjakan amalan dengan tujuan mendapatkan pahala dari Allah SWT, tetapi jika kita mengikhlaskannya tanpa mempertimbangkan pahala, tentu akan jauh lebih baik.
Akan lebih baik jika kedatangan bulan rajab kali ini kita sikapi dengan melakukan muhasabah, yakni introspeksi diri dalam hal amalan dan ibadah kita. Apakah selama ini kita sudah melakukan kebajikan dan meninggalkan keburukan? Kalau jawabannya sudah, maka apakah amalan kita sudah lebih banyak ketimbang maksiatnya? Dan juga apakah amalan yang selama ini kita lakukan sudah disertai niat tulus karena Allah SWT ataukah masih ada sedikit kepentingan lainnya? Semua itu kita renungkan untuk kemudian kita perbaiki di bulan ini.
Sebuah riwayat yang datang dari Nabi Muhammad SAW, memang menyebutkan bahwa bulan rajab merupakan salah satu bulan istimewa atau bulan mulia, disamping bulan lainnya. Nah, dengan mengacu kepada riwayat tersebut seyogyanya kita memang harus memanfaatkannya untuk kepentingan yang lebih besar, yakni memohon kepada Allah SWT agar di bulan rajab ini, kita diberikan kemudahan dalam semua urusan, termasuk memajukan institusi kita.
Momentum apapun jika memungkinkan kita berharap dan yakin akan mendapatkan jawaban, maka kita harus manfaatkan semaksimal mungkin, dan tidak menyia-nyiakannya begitu saja. Jika bulan ini dikatakan sebagai bulan mulia, maka akan sangat bagus jika kita memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi kita dan juga kepentingan lembaga dan masyarakat kita secara umum. Kita harus membiasakan diri untuk berbuat kebajikan, termasuk jika kita mendapatkan karunia dari Allah SWT, sebaiknya kita membaginya kepada yang lain.
Apalagi kalau cuma doa dan harapan, kiranya tidak ada jeleknya kita lakukan tidak saja untuk kepentingan diri, melainkan juga untuk kepentingan orang banyak dan lembaga dimana kita menggantungkan rizki melaluinya. Cobalah kita melatih diri untuk berpikir demi kepentingan orang banyak, termasuk hal yang berupa materi sekalipun, karena hal tersebut menjadi cermnin bahwa kita memang suka berbagi dan bukan hanya mementingkan diri sendiri, alias bakhil.
Jika kita meyakni bahwa bulan ini merupakan bulan yang mulia, sebaiknya amalan baik juga kita lakukan di bulan tersebut, jika mampu dan ikhlas menjalaninya. Tetapi jika tidak mampu atau tidak ikhlas menjalaninya, maka sebaiknya memang tidak usah dilakukan, karena hanya akan membuat diri kita tersiksa dan bahkan mungkin akan mengabaikan kewajiban yang seharusnya diutamakan. Artinya jika kita senang untuk menjalankan puasa di bulan ini, silahkan saja dilakukan, tanpa harus menganggap rendah mereka yang tidak menjalankannya.
Demikian juga jika kita menganggap bahwa bulan ini mulia dan akan mendapatkan pahala lebih banyak dengan amalan baik, maka lakukan saja, semisal bersedekah lebih banyak di bulan ini. Semua itu menjadi motivasi bagi kita untuk terus meningkatkan amalan kita, tetapi ingat bahwa semua itu harus dilandasi dengan niatan ikhlas dan bukan karena riya’ atau pamer dan sejenisnya, karena kalau itu yang kita sertakan dalam beramal, maka rugilah kita dan mungkin juga akan tidak berarti amalan kita tersebut.
Kalaupun kebanyakan umat muslim meyakini bahwa untuk menyayangi anak yatim biasanya dilakukan pada bulan Muharram atau Asyura, namun karena bulan ini juga mulia, sebaiknya kita juga lakukan hal tersebut, jika memang kita berniat untuk melakukan kebajikan dan memperbanyak amal, dengan memanfaatkan momentum bulan yang baik. Artinya bukan berarti kita menganggap bahwa ada bulan yang tidak baik, sama sekali bukan demikian, karena semua bulan itu ciptaan Allah sehingga baik, namun memang ada yang diistimewakan oleh Tuhan, sehingga kalau kita memanfaatkannya tentu akan lebih baik.
Kita juga tahu bahwa karena kebaikan dan kemuliaan bulan Rajab tersebut, pada zaman dahulu banyak orang yang dengan kebodohannya, tetapi menginginkan kebaikan, lalu membuat hadits palsu untuk membuat banyak hal yang seolah dari Nabi Muhammad SAW, padahal itu semua tidak benar. Karena itu kita memang harus hati-hati dalam meyakini sesuatu. Karena itu kalau kita tidak tahu secara persis, tentu akan jauh lebih bagus jika kita tidak usah meyakini riwayat tertentu, tetapi lakukan semua amalan dengan niat ikhlas karena Allah semata saja.
Artinya, untuk berbuat kebajikan itu sangat dianjurkan setiap saat, sehingga tidak ada larangan dari syariat untuk berbuat baik, tetapi justru akan menjadi salah jika kita meyakini amalan tertentu dengan tujuan tertentu, padahal hal tersebut tidak benar. Nabi sendiri sesungguhnya sudah pernah menyatakan sikapnya dengan nada mengancam bahwa siapapun yang berdusta atas nama saya (Nabi Muhammad SAW) maka hendaklah dia bersiap untuk menempati neraka.
Dalam kaitannya dengan masalah ini Imam as-Sayuthi telah menulis riwayat-riwayat tentang kebohongan riwayat tentang bukan rajab tersebut dan dimasukkan dalam kitab beliau yang tebalnya dua jilid besar dengan diberikan judul Al-La’ali al- Masnu’ah fi ‘l-Ahadith al-Maudu`ah. Karena itu kita memang akan lebih baik mengamalkan sesuatu dengan niat hanya karena Allah SWT, bukan yang lain.
Menurut kalender Hijriyyah, hari ini sudah masuk bulan Rajab tersebut, sehingga sudah banyak umat muslim yang mempersiapkan diri untuk beramal baik di dalamnya. Dan kita juga tentunya tidak boleh ketinggalan dalam memanfaatkan momentum ini untuk melakukan kebajikan umum, termasuk untuk kemajuan insitusi kita tercinta yang kebetulan sedang merayakan hari ulang tahunnya.
Secara kebetulan kita pada awal bulan yang mulia ini telah mengawalinya dengan berdzikir bersama di kampus untuk memperingati hari ulang tahun institusi, sehingga kita sudah melakukan yang baik dan berada dalam jalur yang benar. Semoga awal yang baik tersebut akan terus kita ikuti dengan amalan baik pula untuk selanjutnya. [9/4/2016]
sumber : http://muhibbin-noor.walisongo.ac.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *