Meskipun Beragam Tetapi Kita Tetap Satu

Mungkin bagi kita negeri kita sudah aman dari kemungkinan disintegrasi, namun kita tetap harus waspada dan tidak boleh sedikitpun lengah terhadap masalah ini. Potensi untuk itu pastinya terus ada dan mereka akan terus berusaha dan mencari momentum yang tepat untuk melancarkan serangannya, melalui berbagai media dan kegiatan. Beberapa waktu yang lalu di Yogyakarta telah terjadi demonstrasi dengan mengibarkan bendera OPM, padahal mereka itu sebagai tamu bagi raja Yogyakarta.
Artinya mereka itu diberikan ijin untuk tinggal di Yogyakarta dengan diberikan fasilitas agar mereka dapat mengenyam pendidikan yang relatif sama dengan saudara mereka yang berada di Jawa dan beberapa daerah lainnya yang sudah terlebih dahulu maju. Keingian untuk mengentaskan mereka agar menjadi bagian dari negara kita tanpa perbedaan yang mencolok, tentu harus diapresiasi dan terus dilakukan oleh siapapun juga, termasuk oleh perguruan tinggi.
Makanya saat ini ada program afirmatif untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak dari daerah tertinggal, terjauh dan terluar dari Indonesia. Papua adalah salah satunya sehingga meskipun mereka secara akademik tidak memenuhi standar masuk PTN, tetap saja mereka diterima sebagai mahasiswa dengan perlakuan khusus, yakni diberikan treatment khusus, agar dapat menyesuaikan dengan yang lain.
Jujur saja bahwa kebanyakan diantara mereka memang sangat teringgal dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kalau mereka mengikuti kompetisi bersama dengan siswa lainnya, pastinya tidak akan mampu bersaing. Karena itulah ada perlakuan khusus bagi mereka dengan maksud agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya yang lain dan pada saatnya mereka akan mampu menggapai ilmu sebagaimana mestinya.
Nah, dalam kondisi seperti itu pastinya ada pihak yang tidak menghendaki program tersebut berjalan dengan mulus, sehingga mereka akan selalu mencari celah yang memungkinkan mereka kembali kepada habitat masing-masing dan meninggalkan kampus yang akan memberikan harapan masa depan yang lebih baik. Caranya tentu beragam, dan disesuaikan dengan kondisi. Jika ada sedikit persoalan yang mengenai mereka, maka dengan sendirinya kondisi tersebut akan dimanfaatkan dengan baik untuk melakukan aksinya.
Barangkali aksi mahasiswa Papua yang melakukan demonstrasi di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu dipicu oleh oknum yang menghendaki kerusuhan tersebut, dan mencoba untuk mengail di air keruh. Untungnya pemerintah kita cukup bijak, sehingga merka tidak begitu saja diperlakukan sebagaimana pihak yang akan makar atau akan menentang pemerintah yang sah. Itulah maksud saya adanya potensi untuk usaha-usaha disintegrasi yang memang sampai saat ini belum padam.
Atas dasar kejadian dan pengalaman tersebut, barangkali diperlukan penanganan dan pembinaan secara lebih intensif kepada para mahasiswa afirmatif tersebut, sehingga mereka akan lebih kuat mentalnya untuk tetap berada dalam zona nyaman dan tidak terpengaruh oleh iming-iming dan pengaruh negatif dari mereka yang selalu berusaha untuk mengeluarkan mereka dari zona tersebut.
Kita sangat menyadari bahwa warga bangsa Indonesia sangat beragam dan terdiri atas berbagai etnis, suku, agama dan lainnya, dan kondisi tersebut sungguh sangat rawan untuk dimasuki berbagai unsur yang dimaksudkan untuk memecah belah, karena itulah dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang lurus dari para tokoh yang handal agar mereka tetap berada dalam bingkai kebersamaan di negera yang kita sepakati bersama yakni NKRI.
Para tokoh dari masing-masing suku, agama dan etnislah yang akan mampu dengan mudah mengendalikan kelompoknya masing-masing. Artinya bahwa kesepakatan bangsa ini untuk hidup bersama dalam kebhinekaan dan hanya satu tujuan yakni hidup rukun bersama di dalam negara kesatuan RI, tanpa harus mengganggu kepercayaan, agama dan juga kepentingan masing-masing pihak.
Kita berharap dan meminta agar kepentingan sesaat seperti pilkada yang biasanya akan mengusung tema yang dianggap menguntungkan tetapi berpotensi untuk terpecahnya bangsa, harus dihindari seperti penggunaan tema agama atau etnis dan sejenisnya yang mungkin dianggap sangat manjur, tetapi yakinlah bahwa bangsa ini sudah sedemikian cerdas, sehingga tema tersebut justru akan melemahkan diri sendiri dan bahkan akan tidak mendapatkan simpati dari masyarakat secara umum.
Hal tersebut disebabkan bahwa isu yang terkait dengan agama sama sekali tidak akan mempan untuk menaklukkan pihak lain, karena kesucian agama haruslah dijunjung bersama dan bukan dijadikan alasan untuk kepentingan politik. Kita sama-sama menyadari bahwa negara kita merupakan negara Pancasila dan bukan negara agama, sehingga seharusnya dalam pilkada harus ditawarkan mengenai program kesejahteraan rakyat, dan bukan program yang egaikan agama sebagai bahan bakunya.
Itu hal-hal yang terkait dengan persoalan makro kenegaraan, namun sesungguhnya dalam skala yang lebih sempit hal seperti itu juga dapat terjadi dan dapat pula menyebabkan ketegangan dan kerenggangan serta perseteruan. Kalau kita terapkan dalam sebuah institusi misalnya, maka di situ akan terjadi sebuah kelompok tertentu yang berusaha untuk melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan kondisi solid menjadi renggang. Akibat selanjunya tentu keinginan untuk tidak menyukseskan kepemimpinan itu sendiri.
Kondisi seperti itu tentu harus diwaspadai dan dipahami oleh semua pihak. Kalau semua pihak sama-sama mempunyai visi yang sama dan ingin mewujudkannya, maka semuanya harus satu langkah dan strategi, meskipun perbedaan dalam hal-hal kecil tentu tidak dapat dihindari, tetapi dalam skala besar semuanya harus satu langkah untuk meraih visi yang sudah ditetapkan bersama.
Usaha untuk menghambat dalam bentuk apapun, pastinya itu akan dapat mengganggu kemulusan perjalanan menuju sebuah target tertentu yang telah direncanakan. Namun jika semua pihak menyadarinya dan mewaspadai setiap usaha untuk menghambat seperti itu pastinya semuanya akan berjalan dengan baik. Bahkan kalau di dalam dunia pendidikan, idealnya tidak akan muncul gangguan yang berat untuk menggagalkan sebuah perjalanan baik menuju cita-cita.
Hal tersebut didasarkan bahwa seluruh penghuni kampus adalah masyarakat intelektual yang lebih mementingkan kepentingan bangsa dan institusi ketimbang kepentingan pribadi dan kelompok. Kalaupun ada pihak yang melakukan usaha untuk hal buruk, pastinya tidak akan mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat kampus. Alhamdulillah saat ini kita sudah tidak lagi melihat adanya virus berbahaya seperti itu, setidaknya di kampus kita tercinta.
Namun sekali lagi kita tetap harus mewaspadai segala kemungkinan, karena di dunia ini tidak ada sesuatu yang mustahil dan semuanya dapat saja terjadi, termasuk hal-hal yang irasional. Hal terpenting bagi kita ialah penyadaran bahwa di dunia ini pastinya banyak kepentingan yang berbeda dan juga banyaknya perbedaan serta beragamnya pikiran, namun ketika kita lebih mementingkan sebuah cita-cita terbaik, maka semestinya kepentingan sampingan tersebut harus dikesampingkan, demi kepentingan bersama yang lebih besar.
Kita juga sangat yakin bahwa dengan pengertian dan pemahaman seluruh pihak untuk hal-hal besar tersebut, akan dapat mengantarkan diraihnya sebuah prestasi besar, karena hal tersebut merupakan syarat mutlak diperlukan untuk disatukannya kekuatan untuk merengkuh keberhasilan yang besar pula.
Itulah kenyataan yang memang tidak dapat kita hindari, karena kesatuan dan kebersamaan itulah satu-satunya syarat untuk dapat menggapai cita-cita dan visi bersama. Semoga ke depan kita akan semakin meraih keberhasilan, karena kebersamaan yang semakin terbentuk dengan dasar ketulusan. Semoga.
sumber : http://muhibbin-noor.walisongo.ac.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *