UIN Walisongo Online; Semarang- Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mencakup hampir segala aspek yang ada dalam masyarakat, termasuk budaya yang ada di dalamnya. Setiap masyarakat umumnya memiliki budaya berbeda yang dipergunakan untuk mengikat semangat para warganya, terkhusus para remaja supaya aktif dalam proses pembangunan desa. Pembangunan sebuah desa bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karenanya, berbagai kreativitas pun bermunculan untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.
Di Desa Wiru, tepatnya di kecamatan Bringin kabupaten Semarang juga memiliki budaya andalan tersendiri. Salah satunya yaitu kesenian Drumblek. Sebuah kesenian musik tradisional asal Kota Salatiga ini telah lama di adopsi oleh masyarakat di Desa Wiru. Namun karena kurangnya personil dan tenaga pengajar, drumblek di desa ini pun perlahan ditinggalkan peminatnya.
Mahasiswa KKN ke 73 UIN Walisongo Semarang bersama remaja Karang Taruna pun mengadakan rapat koordinasi untuk meng-eksiskan kembali kegiatan drumblek. Rapat yang diadakan pada hari Sabtu tanggal 19 Oktober 2019 ini di ikuti oleh 11 mahasiswa KKN UIN Walisongo posko 69 yang ditempatkan di Desa Wiru bersama kurang lebih 20 remaja Karang Taruna Dusun Krajan yang di pimpin langsung oleh bapak Kepala Desa Wiru, Bapak Khafid S.Ag. Rapat ini dilaksanakan di masjid Dusun Krajan sekitar pukul 21:00 WIB.

Para remaja Karang Taruna memilih kesenian drumblek sebagai “pemantik” untuk mengumpulkan para remaja desa. Kenapa drumblek? Tentu saja karena kesenian ini cukup menarik dan yang paling utama tidak perlu susah-susah mencari peralatannya. Hanya bermodal barang bekas dengan sedikit modifikasi, kesenian ini siap dilaksanakan. Pelatih pun di datangkan dari kawan salah seorang remaja Karang Taruna dengan di bantu tim KKN UIN Walisongo posko 69. Mulai dari membuat kelengkapan instrument musik hingga saat latihan. Semoga aktivasi kesenian ini mampu menjadi “motor” penggerak untuk menarik perhatian masyarakat setempat kedepannya. Amin…