UIN Walisongo Semarang bersama KPK Gelar Pencegahan Korupsi Melalui Pemutaran Film Pendek dan Diskusi

[:id]

SEMARANG– UIN Walisongo Semarang bersama KPK gelar kegiatan Pencegahan anti korupsi melalui pemutaran film pendek dan diskusi, menurut Musahadi selaku wakil Rektor I UIN Walisongo Semarang “ kegiatan semacam ini sangat baik, sebagai bekal anak-anak mahasiswa tentang bahayanya perilaku korupsi, diera milenial ini semuanya bisa ditempuh tapi yang paling baik adalah mereka yang punya integritas tinggi dan mampu menyikapi medsos dengan bijak” ungkap Musahadi

Della diberi kepercayaan untuk menjaga rumah tantenya yang megah. Kesempatan ini, justru digunakan gadis ini untuk membuat konten yang menarik pada media sosialnya. Semisal, foto di sudut kolam renang, bermain piano dan konten lain yang mengesankan dirinya sebagai orang yang diberi keberkahan dan kekayaan dalam hidup.

Dengan konten media sosial yang gemerlap, kebanyakan teman-temannya menganggap Della adalah gadis yang sukses. Sehingga tawaran untuk menyelenggarakan arisan di rumahnya, tak ditolak teman-temannya. Saking seringnya mereka membuat acara di ‘rumah’ Della, mereka pun tergiur untuk bergabung ke bisnis yang diakui Della sebagai penghasilan utama yang telah memberi jalan sukses. Mereka pun akhirnya berlomba-lomba menyetorkan sejumlah uang, dengan iming-iming bagi hasil yang tinggi.

Namun, apa daya, ketika mereka tak kunjung mendapatkan hasil yang diharpkan, Della pun menghilang.

Inilah sepenggal cerita dalam film pendek berjudul “Blessed”.  Film ini merupakan salah satu karya Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2018 yang ditayangkan dalam kegiatan diskusi dan pemutaran film pada Rabu (24/4) di Ruang Promosi doktor Pasca sarjana UIN Walisongo Semarang.

Selain “Blessed”, kegiatan yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini juga memutarkan tiga film lainnya, yaitu “Jimpitan” (pemenang film terbaik), “Sekeping Tanggung Jawab” (pemenang favorit), dan “Subur Itu Jujur”. Empat film ini merupakan bagian dari tujuh skenario yang diproduksi menjadi film pendek pada ACFFest 2018.

Kegiatan yang dihadiri oleh mahasiswa ini menghadirkan narasumber Doni Maryantono dari tim Kampanye KPK dan Agus selaku operator serta Latifah Fauziyah, sutradara film “Baskara Ke Wukir”.  Dari kegiatan ini, Doni mengatakan bahwa KPK ingin masyarakat bisa meresapi nilai-nilai Integritas melalui karya film pendek.

“Sembilan nilai integritas yang juga merupakan nilai antikorupsi dari film-film ini adalah nilai tentang kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kesederhanaan, keberanian, keadilan, dan kerja keras,” katanya.

Dalam kesempatan itu, sutradara film “Baskara Ke Wukir” Latifah Fauziyah setuju dengan upaya KPK mengkampanyekan pesan antikorupsi melalui film. Sebab, menurut dia, film merupakan medium yang paling mudah untuk mempengaruhi orang.

“Sama seperti film di bioskop yang banyak ditonton orang dan langsung dilihat. Secara tidak langsung bisa mempengaruhi diri kita. Segampang itu sih film sebagai media untuk influence orang,” katanya.

Kegiatan screening dan diskusi dilakukan sebagai medium untuk menyebarkan film-film ACFFEST 2018. KPK juga berencana menyelenggarakan festival film yang sama di tahun ini. Harapannya, diperoleh masukan untuk penyelenggaraan kegiatan ini ke depannya.

KPK menggunakan medium film sebagai salah satu sarana pembelajaran dan kampanye antikorupsi. Dalam waktu dekat, KPK akan menyelenggarakan kegiatan serupa dengan melibatkan kampus, sekolah, dan komunitas film.

[:]

Leave a Reply