INDONESIA BISA CIPTAKAN HARMONI DI DUNIA; Konferensi Internasional Pascasarjana UIN Walisongo Semarang

[:id]

Suasana seminar internasional Pascasarjana UIN Walisongo di Hotel Pandanaran Semarang

UIN Walisongo Online; Semarang – Para akademisi internasional optimistis Indonesia mampu menciptakan harmoni di dunia. Meski demikian, Indonesia masih akan menghadapi banyak tantangan-tantangan di masa depan.

Hal itu disampaikan Profesor Mobilitas, Keyakinan, dan Milik, Menghadapi Ketimpangan Global dan Ketidakamanan (MOBB) di Vrije Universiteit Amsterdam, Prof Dr Thijl Stunier, dalam konferensi internasional di Hotel Pandanaran, Rabu (13/11). Menurut Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Antropologi Sosial dan Budaya itu, Islam Indonesia sudah terbukti bisa menjadi perekat dari semua perbedaan-perbedaan yang ada. Bagaimana, ragam suku, budaya mampu menyatu dalam satu ikatan tanpa menyinggung satu sama lain.

Dia membandingkan dengan kehidupan muslim di Eropa yang sangat kontras. Bagaimana banyaknya konflik dan ketegangan berdampak pada kehidupan muslim di sana.

“Terutama pekerja migran dan keluarga mereka. Di beberapa negara, bekas jajahan kolonial, secara umum, populasi muslim asli di tenggara benua seperti Bosnia, Albania, Makedonia dan di Eropa Timur hampir tidak pernah disebutkan,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Pasca Sarjana, Prof Dr Abdul Ghofur, mengungkapkan pentingnya penerapan Islam berbasis Bhineka Tunggal Ika di Indonesia. Hal itu cenderung cocok dengan kondisi Indonesia yang heterogen.

Walisongo mengajarkan Islam yang rahmatan lil alamain perlahan-lahan hingga merasuk dalam sanubari masyarakat. Islam yang diajarkan walisongo lebih mengedapankan kebijaksanaan. “Itulah yang sedang kami gali kembali. Nilai-nilai yang pernah ada di Indonesia ini yang bisa dipraktikkan di masa lalu, sekarang dan di masa depan,” jelas dia.

Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN Walisongo, Prof Dr Muhyar Fanani, menambahkan, Islam Indonesia memiliki prinsip perdamaian bersama, harmoni bersama, tolong menolong, toleransi, saling menghormati, yang kuat melindungi yang lemah dan seterusnya. “Islam itu ibarat oksigen yang dibutuhkan semua orang,” tambahnya.

Prof Dr H Imam Taufiq MAg saat beri sambutan kegiatan seminar internasional pascasarjana di hotel pandanaran semarang

Terpisah, Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof Dr H Imam Taufiq mengatakan, konferensi internasional ini bertujuan untuk menggali dan mengelaborasi banyak aspek. Antara laindengan mendalami riset, karya, sejarah, eksperimen, dan pengalaman yang sudah dilakukan. “Intinya ialah bagaimana pemikiran-pemikiran mereka dapat membangun muslim di Indonesia agar lebih berkarakter,” imbuhnya.

Kegiatan ini, kata Imam, sekaligus sebagai upaya mempromosikan UIN Walisongo untuk<I>go<P> internasional. Salah satu usahanya dengan memperbanyak akses-akses internasional, melalui pertemuan riset, membangun jaringan dan informasi.

Adapun Profesor Riset dalam Politik Islam Global, Alfred Deakin Institute (ADI), Prof Greg Barton, menyampaikan paparan tentang bagaimana melihat konstelasi muslim di barat melalui aplikasi komunikasi <I>skype<P>. Sedangkan Prof Dr H Abdul Djamil memaparkan tentang kontribusi muslim Indonesia pada abad ke19 bagi dunia. Acara yang bertajuk kontribusi Islam Indonesia bagi dunia: masa lalu, kini dan nanti (AICMAI) itu diikuti oleh pasca sarjana dari universitas se-Indonesia.[:]

Leave a Reply