Sebanyak 6.005 guru yang mengampu mata pelajaran
agama seperti Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab, Akidah Akhlak, dan Sejarah
Islam, akan disertifikasi tahun ini di Rayon 6 Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Walisongo Semarang.
Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Suja’i yang juga sebagai penyelenggara
mengatakan, waktu tepat pelaksaannya masih menunggu draft petunjuk dan
pelaksanaan (juklak) dari Kementerian Agama Pusat. “Tapi, biasanya sekitar
Februari-Maret. Kami juga sedang menunggu anggaran untuk pelaksanaan
sertifikasi digedok. Diharapkan cukup untuk menyertifikasi para guru agama
dengan baik dan optimal,†katanya, kemarin.
Para guru tersebut kemungkinan besar akan
disertifikasi melalui sistem Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). “Meski
demikian, kami ikuti saja aturan atau juklak yang nantinya turun. Sebab, apa
pun keputusannya nanti telah disesuaikan dengan kebijakan Kementerian
Pendidikan Nasional. Namun, bagaimanapun juga kami memilih sertifikasi tetap
dilaksanakan dengan sistem PLPG, mengingat manfaatnya lebih besar,†tuturnya.
Manfaat tersebut, menurutnya, tidak didapat saat sertifikasi memakai sistem
Pendidikan Profesi Guru (PPG). Di antaranya para guru yang notabene sudah
berusia tidak muda lagi itu mendapat banyak materi yang mendukung pengembangan
dan peningkatan kreativitas peserta didik serta mendapat penyegaran info.
“Ini semata-mata untuk mendidik siswa lebih tepat dan maksimal, sehingga menghasilkan
lulusan yang berkompeten.†ungkapnya.
Menurutnya, PPG lebih tepat diberikan kepada guru muda yang benar-benar
memiliki talenta atau prestasi. “Merekalah yang berpeluang menjadi pengajar
yang berkompeten dengan kompetensi yang besar,†tambahnya.
Mengenai penganggaran, pihaknya mengakui hingga kini jumlah anggaran yang
disediakan untuk sertifikasi amat mepet. Artinya, jika dimungkinkan ada alokasi
tambahan dari pos lain supaya nantinya kualitas guru yang disertifikasi sesuai
standar dan profesional dalam tugas mengajar sekaligus berinteraksi dengan para
siswa dan lingkungan sekitarnya dengan baik.
“Kami bisa menyusun program PLPG yang lebih kreatif di luar pedoman dasar dari
Kemenag dan Kemendiknas,†kata Suja’i.