Menteri Agama buka Internasional Conference Moderate Islam di UIN Walisongo

International Conference Da’wah and Communication dengan tema “Moderate Islam: Promoting Tolerance and Harmony in the Digital Era” diselenggarakan FDK UIN Walisongo, Kamis (29/7/2021)

Menag mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengkampanyekan moderasi beragama. Tema konferensi yang dipilih dipandang sangat menarik, dan sejalan dengan visi Kementerian Agama.

UIN Walisongo Online, Semarang – Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas membuka secara resmi kegiatan International Conference Da’wah and Communication dengan tema “Moderate Islam: Promoting Tolerance and Harmony in the Digital Era” yang diselenggarakan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, Kamis (29/7/2021). Kegiatan diselenggarakan secara daring ini dipusatkan di Ruang Teater Rektorat Lantai 4, Kampus III.

Dalam paparannya, Menag mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengkampanyekan moderasi beragama. Tema konferensi yang dipilih dipandang sangat menarik, dan sejalan dengan visi Kementerian Agama.

Menag menegaskan bahwa moderasi beragama adalah kekuatan bangsa Indonesia. Tema moderasi telah didiskusikan oleh para ahli, dan tema ini terus mengalami tantangan. Salah satunya, penyampaiannya tentang Agama Bahai.

“Tema Baha’i ini saya dikomplain, dan banyak yang menganggap mereka sesat. Padahal Bahai itu agama yang terpisah. Perlindungan agama di Indonesia ini sudah diatur konstitusi. Jadi mereka harus dilindungi,” kata Menag, memberikan pidato kunci.

Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas membuka secara resmi kegiatan International Conference Da’wah and Communication dengan tema “Moderate Islam: Promoting Tolerance and Harmony in the Digital Era”, Kamis (29/7/2021)

Dijelaskan Menag, Kementerian Agama akan terus konsen pada moderasi beragama. Selain untuk menangkal bibit-bibit ekstrimisme, Kemenag juga konsen pada sikap-sikap yang bertentangan dengan konstitusi.

“Kita tidak boleh menyalahi konstitusi ketika kita hidup berbangsa dan bernegara. Indonesia itu sangat kaya suku, bahasa. Jadi dapat dibayangkan mengelola keragaman ini sangat tidak mudah. Ini bisa menjadi peluang untuk memperkuat dan mempersatukan. Jika tidak mampu, akan mewujud menjadi ancaman yang membahayakan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Menag menambahkan bahwa kemajuan teknologi merubah lini kehidupan. Saat ini seseorang belajar agama dan isu-isu lainnya melalui media. Mereka percaya pada media sosial seperti Youtube, bahkan WhatsApp, ketimbang belajar langsung kepada Kiai.

Oleh karena itu, ia mengajak bahwa semua pihak agar bisa mewarnai teknologi agar kebaikan terus tumbuh dan berkembang.

“Melalui seminar ini kita bisa mengambil langkah konkret untuk mewarnai dunia digital agar berkembang, agar moderasi beragama ada di banyak pihak. Yang baik perlu disebar,” tambahnya.

International Conference ini menghadirkan sejumlah ahli, antara lain Robert Hefner (Boston University), Florian Pohl (Oxford University), Chris Seiple (University of Washington), dan Zainal Abidin Bagir (Universitas Gajah Mada).

Sebelum Menag, Rektor UIN Walisongo Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag menyampaikan sambutan. Begitu juga dengan Dekan FDK Dr. Ilyan Supena, yang menyampaikan laporannya.

Rektor dalam kesempatan ini juga mengajak semua pihak untuk mengembangkan inovasi di tengah situasi global yang begitu kompleks. Dia menyebut orang yang sukses adalah orang yang kreatif.

“Para pendakwah kita harus belajar cepat, jangan gaptek. Keberhasilan saat ini adalah penguasaan teknologi,” tambahnya. (Tim Humas)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *