HISKI UIN Walisongo Semarang Resmi Dikukuhkan

UIN Walisongo Online, Semarang – Pengukuhan Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat UIN Walisongo Semarang dilaksanakan secara virtual pada Minggu (29/8_2021). Turut hadir dalam pengukuhan ini, rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. H. Imam Taufiq. Dalam deklamasinya, rektor UIN Walisongo membawakan sebuah puisi berjudul “Doa Pagi di Musim Pandemi” karya Gus Nas.

UIN Walisongo berkomitmen dalam pengembangan bahasa dan sastra, “Kita akan fokus pada penguatan pusat bahasa, optimalisasi SDM Bahasa dan Sastra, fasilitasi platform digital bagi dosen dan mahasiswa, komunitas sastra, dan pembukaan Prodi Bahasa dan Sastra,” tutur Imam Taufiq.

Dua puluh lima orang pengurus HISKI yang dilantik ini dinahkodai oleh Achmad Muchamad Kamil, M.Pd., Dosen Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang. Adapun struktur organisasinya dibagi ke dalam beberapa bidang yakni Bidang Organisasi (Chyndy Febrindasari, M.A.), Bidang Kajian dan Pengembangan (Ahmad Mustofa, M.Pdi.), Bidang Kerja Sama (Zulfa Fahmy, M.Pd.), serta Bidang Publikasi dan Penerbitan (Amalia F. Najichah, M.Pd.). Keempat bidang ini akan berkolaborasi mewujudkan program-program kerja HISKI UIN Walisongo Semarang dalam upaya berkontribusi pada perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kegiatan yang dihadiri hampir 1000 peserta ini juga mendatangkan Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. (Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra UNY). Ketua HISKI Pusat ini menyampaikan pemaparan mengenai “Perspektif Transdispliner Religius Sastra” yang meliputi religiusitas etnobotani sastra, religiusitas halusinasi botani sastra, religiusitas gastronomi sastra, dan religiusitas zoologi sastra.

Sebagai pembicara kedua, Dr. Ganjar Harimansyah mengemukakan pemaparan mengenai “Wacana Multikultural Sastra sebagai Sarana Moderasi”. Pembicara kedua yang juga merupakan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah ini menyampaikan, “Wacana multikulturalisme tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah. Oleh karena itu, multikulturalisme sebagai ideologi tidak bisa ditempatkan secara tertutup, tetapi harus melihat konteks, terutama bagaimana ideologi dari seseorang atau kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam masyarakatnya. Dalam konteks itulah, sebuah moderasi dengan makna sebagai penengah dan perantara sangat diperlukan.”

Pengukuhan HISKI sekaligus Webinar Sastra dan Moderasi Beragama yang berlangsung lebih dari 3 jam ini, mendapatkan respons aktif dari para peserta, tercermin dari pertanyaan-pertanyaan substansial yang muncul dan ditujukan kepada para penyaji. (Hms)

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *