UIN Walisongo Online, Semarang – Rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag. menyerukan anak muda untuk dapat menerima perbedaan. Masalah intoleransi, terorisme itu dimulai dari ketidakmauan menerima yang lain.
Hal itu disampaikan dalam kegiatan Ngaji Kebangsaan: Degradasi Kebangsaan dan Radikalisme yang diselenggarakan DEMA Fakultas Ushuluddin di Gedung O, Kamis (9/12/2021).
“Intoleransi, terorisme ini sangat banyak. Banyak dari saudara kita yang tidak bisa menerima yang lain. Ibarat pelangi, bahwa keindahan itu terletak di perbedaan warna. Tidak ada homogenitas di Indonesia,” kata pria kelahiran Jombang, Jawa Timur ini.
Lebih lanjut, Ngaji Kebangsaan adalah kegiatan yang penting. Semua pihak harus bisa menerjemahkan komitmen kebangsaan dengan cara-cara yang baik. Peneguhan kebangsaan tidak bisa sekedar jargon atau simbolis. Namun, harus dilakukan dengan upaya yang nyata mengawal kebhinekaan.
“Berbeda itu adalah kewajaran. Perbedaan yang diatur dengan platform yang sama itu adalah kunci kesuksesan. Nabi Muhammad pasca hijrah itu membuat Piagam Madinah, menjadikan orang di Yasrib bersama-sama untuk memikirkan Madinah. Piagam Madinah itu isinya menghargai perbedaan,” tandasnya.
Kepada anak muda, Rektor mengajak agar dapat menerapkan perilaku toleran, serta tidak menyakiti orang lain.
“Hiduplah dengan tasamuh, sehingga kita semua menjadi ikon dari penggerak toleransi. Semua diharapkan dapat menjadi duta Walisongo muda, yang berdakwah dengan kasih sayang. Kita butuh duta-duta Walisongo muda yang menyemai pluralitas. Kita butuh sosok yang menyejukkan, bahwa berbeda adalah suatu yang indah,” pungkasnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Dr. Hasyim Muhammad, M.Ag. serta para wakil dekan dan pimpinan lainnya. Pemateri dalam kegiatan ini adalah Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo, Magelang Gus Yusuf Cludori dan Kasubdit Dinpolmas Polda Jawa Tengah AKBP Maulud. [Tim Humas]