UIN Walisongo Online, Yogyakarta – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) bekerjasama dengan Walisongo Center Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang adakan Training Penelitian Manuskrip Nusantara bagi dosen. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel University Yogyakarta ini dalam rangka meningkatkan kualitas dosen dalam bidang penelitian manuskrip.
“Kegiatan training penelitian manuskrip ini diadakan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dosen dalam bidang penelitian manuskrip, mengingat manuskrip yang ada di Nusantara banyak tersebar, melalui kajian terhadap manuskrip-manuskrip inilah untuk mengungkap kembali sejarah di Nusantara,” kata Moh. Sya’roni, Sekretaris LP2M UIN Walisongo Semarang, Senin (05/12).
Kajian tentang manuskrip, lanjut Sya’roni, sedang menjadi perhatian mahasiswa dan dosen untuk dikaji UIN Walisongo. Kajian ini berupa meneliti naskah-naskah lama yang memiliki makna penting tentang sejarah Nusantara. Termasuk sejarah walisongo dan perkembangan Islam di Indonesia.
Walisongo Center
Dalam upaya menunjang dalam kajian tentang sejarah Islam di Nusantara, UIN Walisongo membentuk wadah yang diberi nama Walisongo Center sebagai pusat kajian tentang walisongo dan sejarah di Nusantara.
Anasom, Ketua Walisongo Center, mengungkapkan Walisongo Center ini dibentuk untuk memperluaskan kajian tentang Islam dan Budaya Jawa yang sudah eksis sebelumnya. Misal kajian tentang walisongo, naskah kuno dan manuskrip-manuskrip yang tersebar di Nusantara. Walisongo Center berlokasi di Kampus III UIN Walisongo Semarang memiliki empat fungsi, meliputi pusat kajian, museum, laboratorium dan tempat rekreasi.
“Dulu di UIN Walisongo sudah eksis kajian tentang Islam dan Budaya Jawa, yang wadahnya dinamai Pusat Pengkajian Islam dan Budaya Jawa (PPIBJ), kemudian ini diperluas kajiannya dan diganti wadahnya dengan Walisongo Center, sebagai pusat kajian tentang walisongo, budaya jawa, termasuk ini yang sedang kita lakukan pengkajian tentang manuskrip”, jelas Anasom dalam keynote speak.
Hadir sebagai trainer, Didin Ahmad Zaenudin, Pendiri Yayasan Nawaksara yang sejak 2012 meneliti tentang aksara-aksara di Nusantara.
*