[:id]UIN Walisongo Online, Semarang – Fakultas Sains dan Teknologi Uin Walisongo Semarang adakan Webinar Nasional Bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Semarang dengan Tema : “Optimalisasi Penyelenggaraan Pendidikan Islam Formal dan non Formal pada Era New Normal : Upaya Mencari Solusi Kini dan ke Depan”. Jum’at (20/11)
Pada webinar ini, FST mengundang empat narasumber,yakni; Dr. KH. Waryono, M.Ag. (Ahli Kebijakan/Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendis Kementerian Agama RI); dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes. (Ahli Kesehatan/Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI); Hasan Habibie, ST.,MSi. (Ahli Teknologi Informasi/Plt. Kapusdatin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI) dan Moh. Miftahul Arief, S.Pd.I., MPd. (Praktisi Pendidikan Islam/Kepala MI Miftahul Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan Kota Semarang. Penerima award Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI atas Praktik baik Pembelajaran di masa Pandemi).
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang, Dr. H. Ismail, M.Ag. selaku penyelenggara webinar menyatakan sengaja menghadirkan beberapa tokoh dan praktisi dari berbagai latar belakang sebagai tanggung jawab dan kontribusi menyelesaikan masalah kompleks akibat pandemi ini.
Wakik Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja sama UIN Walisongo, Dr. Achmad Arief Budiman, M.Ag hadir membuka acara sekaligus memberi sambutan. Arief mengapresiasi terselenggaranya Webinar Nasional ini sebagai bagian dari ikhtiar mendorong dan memajukan pendidikan baik formal maupun non formal, “tema ini sangat relevan, semoga dapat saling sharing mencari formulasi yang tepat memastikan penyelenggaran pendidikan negara ini berjalan dengan baik,” ungkap Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja sama UIN Walisongo.
Ketua Umum MUI Kota Semarang Prof. Dr. KH. Moh Erfan Soebahar, M.Ag menyebutkan bahwa MUI Kota Semarang memiliki konsen pada pembinaan umat. Hal ini sangat tepat pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Walaupun dalam banyak hal fatwa-fatwa merupakan suatu produk yang banyak dihasilkan dalam kegiatan MUI, namun pendidikan dan ekonomi umat mendapat porsi penekanan yang kuat dalam aktivitas MUI Kota Semarang. Kedua hal ini tidak bisa diabaikan. Salah satu kegiatan yang dilakukan yakni Webinar Nasional yang dilaksanakan oleh FST Uin Walisongo Semarang Bekerjasama dengan MUI Kota Semarang yang mengundang banyak peserta di Indonesia baik dari Jawa maupun luar Jawa.
Plt. Kapusdatin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hasan Habibie, ST.,MSi, mengkhawatirkan beberapa hal akibat pandemi pada pendidikan, terutama pada siswa dan orangtua. Hasan yang berbicara dari perspektif teknologi informasi memandang perlu adanya solusi terkait kekhawatiran tersebut, misalnya pemanfaatan internet untuk metode pembelajaran secara jarak jauh dan siaran pendidikan melalui radio dan televisi, keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi pendidikan seperti internet dan kuota, dan relasi guru, murid, orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral. “Ketersediaan infrastruktur pada beberapa daerah di Indonesia merupakan problem pelik yang tidak bisa diselesaikan setahun dua tahun,” tegasnya. Dirinya juga berharap semua pihak terutama guru dan dosen untuk memahami perubahan budaya saat pandemi ini. “Saat bicara teknologi era pandemi, yang paling vital adalah perubahan budaya, karena dampak situasi ini dirasakan oleh guru dan dosen,” sambungnya.
dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes. Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI dalam slide-nya memaparkan strategi yang harus dilakukan terkait kampus sehat dan Health Promoting University (HPU). Strategi tersebut tertuang pada lima hal, yaitu komitmen dan kebijakan pimpinan Universitas, kegiatan akademik tentang Kesehatan (pendidikan dan penelitian), peningkatan kapasitas Individu untuk hidup sehat, staf universitas dan mahasiswa yang sehat, lingkungan sosial dan fisik yang mendukung perilaku sehat.
Narasumber lain, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendis Kementerian Agama RI, Dr. KH. Waryono, M.Ag memandang bahwa yang paling terdampak saat era pandemi ini adalah adalah pondok pesantren, mengingat pesantren harus menyesuaikan perubahan budaya terkait protokol kesehatan terutama menerapkan physical distancing. “Protokol kesehatan mengharuskan adanya physical distancing, padahal di pesantren satu kamar saja bisa diisi oleh beberapa orang, saya sendiri dulu mondok sekamar saya isinya 20 orang,” jelasnya. Selain itu di pesantren beberapa kegiatan dilakukan berkelompok, seperti kegiatan istighosah, mengaji bandongan, makan bersama dan lain sebagainya. Namun Dr. KH. Waryono, M.Ag selaku Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendis Kementerian Agama RI bersyukur bahwa berdasarkan survei kemenkes, kini hampir 90 persen pesantren telah memiliki gugus tugas, artinya pendidikan formal dan non formal pesantren tetap berjalan dengan mengikuti protokol kesehatan yang dikawal gugus tugas pesantren ini.
Moh. Miftahul Arief, S.Pd.I., MPd selaku Narasumber lain dari praktisi pendidikan memaparkan best practice di lembaganya. Sebagai pelaku pendidikan ia merasakan langsung dampak pandemi pada lembaganya, “negatifnya di tempat kami masih ada beberapa wali murid masih sulit sesuaikan pendampingan anaknya, selain itu di antara mereka ada yang masih memiliki stigma PBM Daring boros anggaran,” tegas kepala MI Miftahul Akhlaqiyah Semarang dan penerima award Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI atas Praktik baik Pembelajaran di masa Pandemi ini. Adapun dampak positif yang dirasakan di lembaganya, seperti guru lebih melek IT dan mahir produksi berbagai sumber belajar termasuk video.
Webinar Nasional yang diikuti oleh ratusan peserta ini berlangsung pada hari Jum’at 20 November 2020 pukul 13.30 hingga 16.15 WIB yang dipandu oleh MC Fuji Astuti, dosen FST dan moderator Drs. H. Arifin, MSI, yg juga menjabat Sekretaris MUI dan Kasi PD Pontren kantor Kementerian Agama Kota Semarang. (Humas FST)[:]