UIN Walisongo Online, Semarang – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang sambut tamu dari Institut Francais Indonesia (IFI) di ruang sidang lantai 3 Kampus I (4/2/2021). Tamu terdiri dari Stephane Dovert yang merupakan Konselor kerja sama, Prof. Philippe Grange, Atase kerjasama Bahasa Prancis dan Direktur IFI Jakarta-Wijaya, Syarah Andriani.
Tujuan dari kehadiran IFI di kampus hijau adalah untuk mengembangkan kerjasama Universitas, Sains dan Bahasa Prancis dengan berbagai institusi Pendidikan tinggi di Jawa tengah. Mengawali pertemuan, Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag selaku Rektor memperkenalkan Profil UIN Walisongo kepada tamunya.
Beberapa aspek potensial kampus dijelaskan dengan cermat untuk memungkinkan dilakukan kerjasama antara keduanya. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan empat program prioritas kampus untuk menuju World Class University.
“Kampus kami memiliki fakultas Sains dan Teknologi, yang tentu sangat konsen dalam pengembangan teknologi dan Ilmu Sains. Ada juga jurusan Ilmu Falak yang mempelajari tentang astronomi. Kami juga memiliki Planetarium dan ruang Observatorium, dimana ini merupakan satu satunya di Jawa Tengah,” terang Rektor.
“Selain itu, belum lama ini kami juga menerima hampir 300 tenaga pengajar muda, dimana mereka sangat potensial untuk mengembangkan diri dalam studi lanjut,” jelasnya lebih lanjut.
Menanggapi itu, Stephane mulai memaparkan beberapa jenis kerjasama yang telah dilakukan IFI dengan Indonesia pada bidang Pendidikan dan riset. Ia menjelaskan beberapa jenis beasiswa Pendidikan baik ditingkat strata 1, master, maupun Doktoral.
“Untuk beasiswa Pendidikan, saat ini terdapat beasiswa subsidi sebanyak 70% yang diberikan oleh pemerintah Prancis untuk kampus-kampus yang ada disana bagi mahasiswa asing. Tentunya tak terkecuali untuk mahasiswa yang berasal dari Indonesia,” tutur Stephane. Penjelasan lanjut dipaparkan oleh Philippe Grange. Ia menjelaskan beberapa kerjasama yang sudah berlangsung dengan Kemenag, serta beberapa kendala yang dialami mahasiswa yang akan mengajukan program master ke Prancis. Bahasa menjadi kendala yang seringkali mengurungkan niat pendaftar.
“Bahasa merupakan salah satu kendala dan menjadi faktor pertimbangan pendaftar. Hal ini karena untuk program master Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Prancis. Berbeda dengan program doktoral, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris,” jelas Philippe.
Berbeda dengan Syarah Andriani, ia mengungkapkan harapannya dalam forum pertemuan ini. Ia bermimpi ada kandidat dari UIN Walisongo yang lulus dari perguruan tinggi Prancis.
“Saya mempunyai harapan ada perwakilan dari UIN Walisongo Semarang yang berhasil lulus dari perguruan tinggi Prancis,” harap Syarah. Usai pemaparan, acara tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan kunjungan lokasi pada laboratorium terintegrasi dan planetarium. (Tim Humas)