[:id]
Semarang- Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Walisongo sebagai instansi akademik yang memiliki peran strategis dalam pembinaan umat mengadakan Annual Conference on Da’wah and Communication II yang bertajuk “Revitalisasi Gerakan Dakwah Islam di Era Disrupsi: Menuju Gerakan Dakwah Humanis-Transformatif Berbasis Local Wisdom.” Acara ini diselenggarakan mulai tanggal 28-29 Juni 2019 yang bertempat di Rumah Dinas Wali Kota Semarang dan di Hotel Haris Semaranag. Annual Conference ini tidak hanya dihadiri oleh kalangan civitas acadenica dari lingungan UIN Walisongo saja, melainkan juga dihadiri oleh perwakilan dari 46 PTKIN seluruh Indonesia.
Annual Conference ini diselenggarakan untuk merespon dan sekaligus menawarkan solusi atas pelbagai permasalahan dakwah di era disrupsi yang kian memperhatinkan. Dr. Awaludin Pimay, Dekan FDK, dalam sambutannya mengutarakan keperhatinnya atas permasalahan tersebut, “tujuan utama dari mengkaji tantangan dakwah adalah untuk menghadapi tantangan global yang kian tak menentu. Sebagai akademisi yang berperan juga sebagai da’i, kita harus mampu merspon semua tantangan yang ada, terlebih di era disrupsi saat ini. Sehingga tidak ada lagi dakwah diisi oleh ustadz-ustadz yang tidak kredibel, yang hanya belajar Islam dari internet yang tak jelas sumber rujukannya. Tampilnya ustadz-ustadz yang tidak jelas inilah yang kadang membuat tujuan dakwah sebagaimana dakwah Rasulullah Saw. menjadi terserabut,” ungkapnya.
Sambutan juga disampaikan oleh masing-masing perwakilan dari Gubernur Jawa Tengah dan Wali Kota Semarang yang tidak bisa hadir karena ada agenda lain pada waktu yang bersamaan. Masing-masing yang mewakili membacakan surat dari yang diwakilkannya. Sementara dari pihak UIN Walisongo sambutan disampaikan oleh Dr. Musahadi, Wakil Rektor 1, yang mewakili Rektor yang tidak bisa hadir karena uzur syar’i. Dalam sambutannya, Dr. Musahadi berpesan, “di era disrupsi ini, kita harus pandai menempatkan diri, kalau tidak maka kita akan punah.” Menurutnya, karena di era disrupsi ini masyarakat mau berbuat apa saja difasilitasi oleh media yang namanya internet. Provokasi dan ghibah yang dilakukan melalui media internet akan dengan cepat menjadi viral yang menggelobal. Dan ini akan memberi dampak yang luar biasa bagi kehidupan kita sebagai anak bangsa. Oleh karena itu, Dr. Musahadi menghimabu bahwa, “saat ini berdakwah tidak cukup hanya dilakukan secara manual tapi harus juga melalui pemanfaatan teknologi, seperti via WA dan lainnya.” Dr. Musahadi menutup sambutannya dengan sebuah pantun, “kalau ada jarum yang patah jangan tenggelamkan ke tengah laut, berkarat,” gerrrr… disambut gelak tawa hadirin yang hadir.
Keynote speech yang sedianya akan disampaikan oleh Prof. Dr. Phil. Kamarudin Amin, Dirjen Diktis Kemenag, tidak bisa hadir karena ada agenda kenegaraan yang tidak bisa diwakili. Sebagai pengganti, keynote speech disampaikan oleh Direktur Pascasarjana UIN Walisongo, Prof. Dr. Abdul Jamil, MA. Dalam pidatonya, Prof. Jamil menyampaikan, “tugas utama FDK di era disrupsi ini adalah menyiapkan dan mencetak orang-orang yang pandai mengatasi isu-isu yang berkembang saat ini. Karena saat ini kita sedang berhadapan dengan keruetan masyarakat sehingga ini menjadi tantangan utama dakwah saat ini,” ungkapnya.[:]