Bebasnya Berpendapat Keagamaan di Dunia Maya Motovasi FUHUM UIN Walisongo Gelar Konferensi Internasional

[:id]

UIN Walisongo Online; Semarang- Revolusi Industri 4.0 adalah satu fase perkembangan dalam sejarah manusia yang berdampak pada peran agama dalam masyarakat. Agama tidak lagi terbatas pada domain madrasah, masjid, atau lingkaran agama untuk kegiatan diskusi dan pengajaran, tetapi juga menjadi wacana yang hidup di platform virtual. Narasi keagamaan dan aspirasi politik untuk perubahan sosial yang diekspresikan dan dibahas di dunia maya bahkan dapat mendorong perubahan sosial dan politik dalam kehidupan nyata.

Mensikapi hal tersebut Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) UIN Walisongo gelar Konferensi Internasional bertajuk “Religion, Humanity & Civilization In Disruptive Era”, Konferensi Internasional ini secara resmi dibuka oleh wakil rektor I Dr H Mukhsin Jamil MAg dan berlangsung di Hotel Wujil Resort Ungaran Semarang serta dihadiri ratusan peserta dan tamu undangan dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia, Kamis (7/11).

Dalam kesempatan ini Fuhum hadirkan pembicara dari luar negeri diantaranya adalah;
1. Prof. Magdy Bahig Behman (Professor on Comparative Religion and Religious Studies, Mennonite University, USA and UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
2. Dr. Mohd Rormizi Abd Rahman (Head of Department of Theology and Religion Study, USIM, Malaysia).
3. Dr. Phil. Claudia Seise (Researcher on Indonesian Religiousscapes, Humbolt University Berlin and Ulu-Ilir-Institute).
4. R. Rakyan Adi Brata (Country Director for Indonesia, International Association for Counter terrorism and Security Proffessionals Center for Security Studies).
5. Prof Dr H Suparman Syukur MAg Dosen UIN Walisongo
Bertindak sebagai moderator Sukendar PhD.

Gencarnya media sosial menyebarkan aspirasi perubahan di beberapa masyarakat mayoritas Muslim. Misalnya, aspirasi viral untuk perubahan melalui media sosial menimbulkan perubahan sosial dan dampak politik di Tunis, Mesir, dan beberapa negara Arab lainnya dimulai pada akhir 2010, yang lebih dikenal sebagai Musim Semi Arab.
“Dampak Revolusi Industri 4.0 sudah sangat kentara, hal itu bisa kita lihat dengan seksama di media sosial dan web online, saat ini semua orang bisa berpendapat tentang agama
, politik dan sosial tanpa kita ketahui displin ilmunya, kebebasan semacam ini bisa berdampak terhadap politik dan sosial keagamaan masyarakat indonesia, harus cerdas bermedsos” ungkap Dr H Hasyim Muhammad MAg Dekan FUHUM saat ditemui tim humas UIN Walisongo di hotel wujil ungaran semarang.

Implikasi lain dari memasuki wacana keagamaan di dunia maya adalah transformasi penganut agama dalam mengekspresikan keyakinan mereka. “Saat ini ceramah, khotbah, dan diskusi keagamaan, berlangsung tidak hanya secara bertatap muka sekarang di situs keagamaan, komunitas, atau pertemuan tertentu semua itu bisa kita temukan, saat ini sudah jarang kita temui penyebaran agama secara tradisional yang lebih gencar adalah ceramah keagamaan di dunia maya dan media sosial yang menjangkau khalayak luas” tutur hasyim.

“Dampak yang lebih serius dari percakapan agama yang mengalir bebas di dunia maya adalah pada nasib otoritas agama. Suara dan pendapat para tokoh agama yang dianggap otoritatif, seperti cendekiawan agama (ulama), misalnya, dapat dikritik dan ditantang oleh orang awam yang tidak memiliki latar belakang dalam studi Islam. Ini adalah fenomena yang kita hadapi di era disruptiv”. Lanjutnya

Dalam hal ini, bidang dan domain baru dalam studi Islam dalam hubungannya dengan dunia digital perlu dieksplorasi, diperiksa, dan dibahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana studi Islam dibentuk dan membentuk dunia kontemporer.

Menurut panitia, Mohamad Sobirin menyampaikan bahwa seminar ini bertujuan untuk mencapai hal berikut:
1. Menghasilkan teori-teori studi Islam dan humaniora berdasarkan perspektif Islam melalui penyelidikan pada isu-isu kontemporer di era yang mengganggu.
2. Mengembangkan model dan metode baru studi Islam dan humaniora integratif, yang kompatibel dengan kemanusiaan, agama, dan spiritualitas yang nyata dan sejati dalam perspektif Islam.
3. Mempromosikan pentingnya dan relevansi ilmu-ilmu manusia yang diilhami Islam untuk kebangkitan Islam demi peradaban manusia.
4. Membangun jaringan ilmiah di antara para cendekiawan Muslim dan universitas di seluruh Indonesia dan dunia dalam bekerja bersama untuk menyebarluaskan dan mengembangkan agenda berkelanjutan “Studi Islam-Humaniora”.
5. Mengembangkan pusat penelitian Studi Islam-Humaniora yang diilhami oleh ajaran Islam dan tradisi intelektual-spiritual.
6. Mendorong para sarjana Muslim untuk mengatasi masalah yang ada terkait dengan krisis kemanusiaan dalam konteks kontemporer melalui pertemuan ilmiah dunia.[:]

Leave a Reply