[:id]UIN Walisongo Online; Salatiga – Seminar Nasional di IAIN Salatiga pesertanya para Kiai, Guru, DPR, dan Mahasiswa. Menariknya para guru banyak memberi kesaksian; terdapat sebagian murid mereka yang terpapar radikalisme. Kemudian bagaimana pendekatan dan strategi yang harus diterapkan? Bagaimana menangkal ajaran sesat dari para idiolog radikal di lingkungan sekolah? Semua menjadi perbincangan menarik dan serius di seminar ini.
Prof. Dr. Syamsul Ma’arif (Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo) menekankan strategi menangkal radikalisme yang mulai berkecambah di lingkungan sekolah harus ditangani secara komprehensif. Jika melihat ada gelagat murid terpapar, harus segera dirangkul dan ditangani secara intensif melalui personal approach dan dialog yang mencerahkan.
Selain itu perlu membentuk school culture yang memungkinkan tumbuh kembangnya karakter-karakter positif pada diri anak; terutama cinta tanah air.
Menghadang penyemaian radikalisme yang kebanyakan di bawa oleh gerakan trans idiologi, harus dicegah dan counter menggunakan basis keilmuan yang kuat dan integratif. Pandangan-pandangan yang senantiasa dinarasikan oleh kelompok mereka, biasanya bersifat provokatif, menyemaikan kebencian, tidak percaya pada pemerintah dan merusak ukhuwah.
Di sinilah peran dan tantangan para guru PAI harus menghadirkan kurikulum kehidupan yang selaras dengan realitas sosial dan memperkuat solidaritas kemanusiaan. Strategi pembelajaran yang mampu menyadarkan peserta didik bahwa negara ini adalah negara muktikultural. Semua ini merupakan anugerah dan desain indah dari sang pencipta yang harus dirawat.
Para guru harus terdepan dalam memberi suri tauladan dan praksis bagaimana mencintai sesama makhluk ciptaan Allah.
Sudah saatnya, guru di sekolah menumbuhkan semangat pencarian ilmu sebagaimana yang diamanatkan para kiai-kiai pesantren. Sebab mencari
ilmu agama melalui jalur sanad, bukan sekedar penting namun harus agar memperoleh keberkahan dan keselamatan dunia akhirat.
Ilmu yang diajarkan para guru mulia dan penuh hikmah biasanya akan mengantarkan menuju “puncak-puncak” kenikmatan sejati. Pandangan orang berilmu yang sesungguhnya tentu sangat berbeda dengan pandangan orang awam. Dalam ilmu derajat kebenaran bukan didasarkan “prasangka”. Tapi, pada pandangan objektif dan dalil-dalil yang pasti. Maka, orang berilmu itu diliputi kebahagiaan dan kebijakan. Sebab, dalam hidupnya selalu mengedepankan akhlak.
Pengetahuan yang dijangkarkan pada aqidah yang kuat itulah akan melahirkan beragam ilmu pengetahuan dan perilaku-perilaku yang sedap dipandang mata, mengasihi sesama, dan tidak menimbulkan kerusakan di sekitarnya. Semoga bermanfaat.[:]