Devisi Ekonomi KKN Posko 41: Olah Ampas Tahu Menjadi Kerupuk Bintang

[:id]

UIN Walisongo Online; Semarang- Devisi Ekonomi Posko 41 KKN ke 73 UIN Walisongo lakukan inovasi pengolahan ampas tahu menjadi kerupuk bintang.
Setidaknya ada 2 tempat yang memproduksi tahu di desa Trayu, kecamatan Sumowono, kabupaten Semarang. berbekal posisi teritorial desa yang cukup jauh dari pusat ekonomi kecamatan Sumowono,  dengan kondisi akses jalan cukup memacu adrenalin pengendara, desa Trayu bisa dibilang cukup produktif.
Di dalam proses pengolahan kedelai menjadi sebuah tahu akan menyisakan ampas yang biasanya oleh pemilik industri dipakai untuk makanan ternak seperti sapi. Setalah melakukan observasi ke tempat produksi Tahu, tim Devisi Ekonomi, Budi Santoso, dan Ika Novitasasi menemukan ide untuk mengolah ampas tahu menjadi cemilan kerupuk bintang, Selasa (15/10)
“Setelah kami melihat-lihat lokasi prosuksi ampas tahu, kami merasa sangat disayangkan apabila ampas tersebut yang masih memiliki kandungan protein dipakai untuk makanan sapi, oleh karena itu kami beriisiatif untuk mengolah ampas tahu itu menjadi makanan yang bisa dikonsumsi oleh manusia,” terang Budi usai melakukan observasi.
Sebenarnya ampas tahu selain dapat dibuat menjadi kerupuk dapat pula dibuat menjadi tempe gembus, nuget, dan lain-lain. Namun mengolah menjadi kerupuk adalah pilihan yang mudah dibuat dan irit biaya.
“Kami memilih membuat kerupuk sebab cara membuatnya relatif lebih mudah dan memakan biaya yang cukup murah, disamping itu kerupuk juga merupakan makanan yang multi fungsi dan awet, bisa menjadi teman makan, maupun cemilan saat gabut,”  ungkap Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah tersebut.
Setelah beberapa kali melakukan percobaan pembuatan kerupuk bintang, tim Devisi Ekonomi melakukan workshop yang diikuti oleh ibu-ibu PKK dusun Gelaran, Desa Trayu. Workshop ini digelar di dusun gelaran sebab bertepatan acara arisan ibu-ibu PKK dusun Gelaran, (28/10).
Respon peserta workshop cukup antusias terhadap pelatihan olahan ampas tahu menjadi kerupuk bintang sebab mereka menemukan inovasi baru yang sebelumnya hanya dipakai untuk makanan sapi.
“kalau bisa itu anak-anak- KKN itu memberi ilmu pengetahuan tentang tataboga dan lain-lain, tidak perlu ada bukti berupa barang yang penting memberi pengetahuan baru kepada masyarakat,” jelas Ika.
Disamping itu ibu-ibu PKK pun juga memberikan masukan atau kritik terhadap hasil kreasi krupuk bintang yang masih terkesan terlalu tebal dan sedikit keras teksturnya.
“Ini kerupuknya sudah enak mbak, cuma masih terlalu tebal sehingga terasa sedikit keras,” kritik dari salah satu peserta worshop.
Tim KKN berharap agar pelatihan ini menjadi triger  untuk ibu-ibu desa Trayu agar mulai aktif dalam melakukan inovasi makanan secara kreatif, agar dapat menjadi lahan penambah pundi-pundi rupiah.
“Harapan kami dalam pelatihan ini adalah untuk memantik kepada ibu-ibu di sini agar lebih kreatif lagi, barang kali bisa menjadi usaha yang menambah penghasilan keluarga,” tandas mahasiswi asal Batang itu.

[:]

Leave a Reply