[:id]
UIN Walisongo Online, Semarang – Demokrasi yang berlangsung di Indonesia masih bersifat kuantitas belum pada tataran kualitas. Rasionalitas masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilpres dan Pileg tahun lalu masih kecil karena pilihan sebagian besar orang masih didasarkan pada hal-hal psikologis seperti diajak saudara, arahan tokoh agama, tokoh masyarakat, karena memiliki backround organisasi yang sama serta tidak sedikit karena masalah “pekewoh” dan takut dosa jika tidak mencoblos karena sudah menerima uang dari caleg. Pandangan ini bukanlah tanpa basis data, ini hasil riset dari instansi kami paska pilpres dan pileg tahun kemaren.
Demikian yang disampaikan Joko Hartono, M.Si, Kepala Bidang Politik Dalam Negeri, Kesbangpol Kota Semarang dalam rangkaian silaturahmi dan menindaklanjuti kerjasama dengan FISIP UIN Walisongo di ruang Dekanat FISIP (27/02/2020).
Dekan FISIP, Dr. Misbah Zulfa Elizabeth, M.Hum menyambut baik silaturahmi yang dilakukan oleh Kesbangpol Kota Semarang. Elizabeth pun mengiyakan apa yang sudah disampaikan Hartono dalam diskusi ringan tersebut. Elizabeth yang belum lama ini mengisi kegiatan dialog terbuka Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di Kabupaten Kebumen yang diselenggarakan oleh Kesbangpol Kabupaten Kebumen menceritakan betapa sebenarnya demokrasi di Indonesia masih butuh banyak pembenahan.
“Demokrasi merupakan pilihan terbaik dari apa yang ada dan yang bisa diterapkan di negeri Indonesia saat ini, sekalipun hasilnya belum bisa dikatakan sepenuhnya baik. Semuanya harus terus diikhtiari secara terus menerus”, Ungkap Elizabeth.
Lebih lanjut Hartono menyampaikan maksud kedatangannya untuk menawarkan konsep kegiatan kolaborasi dengan FISIP.
“Ada kegiatan Kesbangpol khususnya di bidang Politik Dalam Negeri bisa kolaborasi dan kerjasama dengan FISIP yaitu Wayang Demokrasi. Sasaran dari program ini memang orang-orang tua namun tidak menutup anak muda untuk bisa berpartisipasi karena kegiatan wayang demokrasi pun diisi dengan dialog interaktif dan kegiatan lain yang bisa menarik minat masyarakat lintas generasi”. Jelas Hartono.
Alasan penggunaan media wayang karena ini tidak terlepas dari bagian melestarikan atau nguri-nguri budaya yang ada dan ini pun termasuk implementasi nilai Unity of Sciences (UoS)nya UIN, pada kriteria revitalisasi local wisdom. Rencananya kegiatan ini akan dilaksanakan pada 16 titik Kecamatan di Kota Semarang.
“Untuk generasi milenial, kami menyiapkan Program kegiatan berupa Panggung Demokrasi. Konsep kegiatan ini menyesuaikan style anak muda kekinian. panggung demokarasi ini akan diisi dengan kegiatan bermusik, dialog dan kegiatan seni lainnya yang digandrungi generasi milenial. Kegiatan ini akan dilaksanakan di 4 perguruan tinggi yang memiliki backround yang berbeda”.
“Baik Wayang maupun panggung Demokrasi rencananya akan dilaksanakan di akhir tahun. Ini adalah bagian dan iktiar kami sebagai institusi milik negara untuk mendukung program-program pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance agar lebih baik ke depannya”, Imbuh Hartono[:]