[:id]UIN Walisongo Online; Semarang – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang mengadakan Workshop Kontra Radikalisme dan Terorisme, Kamis (5/12) di Aula 1 Lantai 2 kampus 1 UIN Walisongo Semarang.
Workshop ini dilatarbelakangi oleh maraknya fenomena post-truth yaitu fenomena dimana masyarakat lebih percaya terhadap sesuatu yang menurut keyakinan dirinya benar meski tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Generasi milenial yang sudah masuk dalam cengkraman budaya post-truth akan cenderung merujuk konten online, dari pada ngaji atau nyantri kepada Kyai di pesantren atau kepada inteletual yang kompeten dan Profesional dalam mengakses pengetahuan tentang agama.
Hadir dalam acara ini Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Dr Hj Lift Anis Ma’sumah MAg. Dalam sambutannya beliau menekankan pentingnya toleransi dalam penguatan pluralisme bernegera.
“Kita butuh sikap toleransi dalam segala hal, walaupun dalam faktanya muncul gejolak seperti kekerasan intoleransi dan bahkan radikalisme agama,” ucap beliau.
“Kami berharap kegiatan ini bermanfaat dan bisa membuka cakrawala mahasiswa dalam memahami gerakan radikalisme dan terorisme,” pungkasnya.
Selain Dekan FITK, hadir pula Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerja sama, Dr Achmad Arief Budiman MAg yang secara resmi membuka acara workshop tersebut. Beliau menekankan pemahaman keagamaan.
“Pemahaman keagamaan yang keliru menyebabkan kehidupan sosial menjadi resah karena dengan pemahaman yang keliru seseorang dapat melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kemanusiaaan,” jelas beliau.
Narasumber yang dihadirkan pada workshop kali ini adalah Dr Zastrouw al-Ngatawi selaku Budayawan Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU periode 2004-2009 yang memaparkan materi Islam dalam pusaran Terorisme; Menepis tudingan, meluruskan kesalah pahaman.
Narasumber kedua adalah Kombes Pol. Abioso Senoaji, S.IK selaku Kapolrestabes Semarang yang diwakili oleh Kasat Binmas Polrestabes Semarang AKBP Maulud, S.Ag yang memaparkan materi Radikalisme, Eksklusivisme dan Fanatisme tantangan besar Kebangsaan Indonesia.
Acara ini diikuti oleh 200 peserta yang meliputi mahasiswa S1, S2 Pegawai dan Dosen dilingkungan FITK.[:]