[:id]UIN Walisongo Online; Semarang – Sekretaris Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, Dr H Amar Ahmad MSi menegaskan pentingnya aktivis mahasiswa untuk siap hadapi revolusi industri 4.0 dan society 5.0. “Semua aktivitas mahasiswa harus cerdas, tidak harus kuliah di jalanan terus tapi harus kembali ke kampus hingga bisa lanjut S2” ungkap Amar saat menjadi narasumber Diskusi Interaktif bersama Senat Mahasiswa Universitas, di Auditorium FISIP, Sabtu (28/12).
Melihat perkembangan zaman yang begitu cepat seperti ini, lanjutnya, maka para aktivis kampus harus mulai tergerak jadi pemuda yang potensial. Ada 63,82 juta jiwa Indonesia berusia 10-24 tahun dari 258,7 juta penduduk. Pada tahun 2045 mereka akan menjadi generasi emas di saat Indonesia memasuki 100 tahun.
Amar berharap para mahasiswa UIN Walisongo harus bisa menjadi agen pemuda hebat yang siap mengawal visi pemuda sesuai amanah UU Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan.
“Pemuda yang hebat harus berpegang teguh pada nilai agama, berakhlak mulia, cerdas kreatif, inovatif, mandiri, demokratis dan berdaya saing.
“Jika semua aktivis itu mampu menerapkan model kepemudaan itu, maka revolusi industri 4.0 dan society 5.0 akan mudah dihadapi” tegas Amar. Visi lain yang harus diterapkan pemuda adalah memiliki skill kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan dan kebangsaan.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Walisongo, Dr Hj Misbah Zulfa Elizabeth, MHum menegaskan tentang revolusi industri 4.0 yang kian nyata terjadi perlu dihadapi secara bijak. “Semua sendi kehidupan manusia didominasi oleh kemajuan teknologi informasi, internet, data dan artificial intellegence” ungkapnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, mahasiswa perlu menjadi motor penggerak generasi muda. Termasuk aktivis kampus perlu menjadi bagian anggota masyarakat yang jadi inisiator perubahan, konservasi nilai lokal, penggerak pembangunan dan evaluator.
Ketua Senat Mahasiswa Universitas, Aghisna Bidikrikal Hasan menyambut baik kegiatan diskusi interaktif kerjasama dengan Kemenpora RI. Mahasiswa Prodi Ilmu Politik asal Demak ini berharap para aktivis kampus paham perkembangan zaman yang berdampak pada gerakan mahasiswa. “Perjuangan mahasiswa tidak selamanya di jalanan, tapi bisa melalui media dan masuk ke sistem yang sudah dimodernisasi” pungkas Aghisna yang baru saja selesai mengikuti Student Mobility Program di Singapura, Malaysia dan Thailand.*)[:]