[:id]Kita sudah sepakat bahwa dies natalis untuk UIN Walisongo adalah tanggal 6 April, karena meskipun Peraturan Presiden tentang perubahan IAIN Walisongo menjadi UIN Walisongo tertanggal 18 Oktober, dan peluncuran oleh Presiden Jokowi pada bulan Desember, namun peresmian UIN Walisongo yang dilakukan oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, dilaksanakan pada tanggal 6 April tahun 2015, sama persis tanggalnya dengan peresmian IAIN Walisongo saat pertama kali yakni tanggal 6 April 1970.
Untuk itu persoalan kapan dies natalis dilaksanakan sudah tidak ada khilaf, dan itulah sesungguhnya yang sudah kita perkirakan, sehingga persiapan mengenai peresmian UIN pada tanggal tersebut bukan tanpa alasan. Persoalannya saat ini ialah bagaimana kita dapat memperingati hari lahir lembaga kita tersebut dengan meriah, karena ternyata secara formal pertanggungjawaban keuangan negara tidak diperbolehkan untuk menganggarkan khusus periongatan dies natalis.
Karena itu agar peringatan dies natalis tetap bersemarak dan tetap tidak kendur, harus ada siasat yang memungkinkan dan sekaligus juga tidak melanggar aturan yang ada. Sebagaimana biasanya, kita selalu melakukan pelabelan setiap kegiatan, yang dilaksanakan sejak awal Maret hingga akhir April dengan label “dalam rangka memperingati dies natalis UIN Walisongo”. Sebagai institusi pendidikan, sudah barang tentu kita mempunyai banyak kegiatan, baik yang terkait dengan keilmuan maupun lainnya, sehingga dengan hanya menambah label sebagaimana tersebut, kita sudah melakukan upaya peringatan dies, tetapi juga tidak melanggar aturan.
Sampai saat ini sudah banyak kegiatan yang dilakukan dan diberikan label tersebut, seperti kegiatan seminar, diskusi, kuliah umum, olah raga dan seni, workshop dan lainnya. Bahkan dalam waktu dekat direncanakan juga bedah buku dan peluncuran buku terbaru. Dan sebagaimana biasa kita juga akan menyelenggarakan dzikir bersama dan sekaligus juga penandatanganan MoU dengan al-Khidmah. Pada saat puncak peringatan dies natalis nanti seperti biasanya, kita akan menyelenggarakan rapat senat dengan agenda penyampaikan laporan tahunan rektor dan orasi ilmiah.
Rencananya pada saat itu juga akan dihadiri oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Kamaruddin Amin, MA, dan sekaligus menyampaikan sambutan dalam upaya penguatan PTIN untuk mempersiapkan Indonesia sebagai kiblat kajian keislaman dan peradaban Islam di dunia. Walaupun demikian agenda rapat senat tersebut memang direncanakan secara sederhana dan khidmat, tanpa meninggalkan unsur kemeriahan dalam peringatan dies.
Ada yang khusus dan tentu saja baru dalam kegiatan menyambut dies natalis kali ini, yakni ziarah ke makam para wali yang jumlahnya sembilan yang kemudian dikenal dengan nama wali songo. Nama tersebut kemudian telah kita abadikan sebagai nama lembaga kita yang penulisannya tidak dipisah, melainkan dijadikan satu, yakni walisongo. Tentu tradisi ziarah tersebut perlu kita lestarikan di masa mendatang untuk sekedar mengenang sepak terjang mereka sehingga kita akan mampu mewarisi kehebatan mereka.
Sesungguhnya sangat banyak aktivitas yang dilakukan, walaupun tentu tidak seluruhnya dapat ditampilkan di sini, termasuk dialog dan mengundang KPU serta KPUD se-Jawa Tengah dalam upaya lebih mendekatkan dengan dunia kampus, dialog dengan LPDP yang sudah dilakukan, dan berbagai kegiatan yang tidak kalah meriahnya dengan beberapa kegiatan yang disebutkan di atas.
Barangkali kegiatan yang perlu mendapatkan apresiasi ialah dengan digelarnya bedah buku dan launching buku karya dosen UIN Walisongo, yang rencananya akan digelar pada Senin 4 April 2016. Sudah barang tentu dengan bedah buku tersebut dimaksudkan bahwa kampus UIN Walisongo masih konsisten dalam menghasilkan karya keilmuan dan sekaligus greget keilmuan juga masih terus menyala. Mungkin ke depan kegiatan bedah buku tersebut akan dapat kita tradisikan, bukan saja menjelang peringatan dies natalis, melainkan juga dalam even apapun.
Pameran buku, sudah pasti dilakukan dengan menghadirkan buku karya dosen UIN Walisongo dan juga para tokoh lainnya. Barangkali kegiatan pameran buku tersebut merupakan kebiasaan yang sudah mendarah daging di kampus, karena memang dunia kampus tidak dapat dipisahkan dengan dunia buku, bahkan ratusan buku sudah dihasilkan oleh para dosen UIN Walisongo pada tahun 2015 kemarin. Kita berharap pada tahun 2016 ini juga tidak kalah semangatnya untuk menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan keilmuan secara umum.
Peringatan dies natalis UIN Walisongo kali ini memang tidak secara khusus dilaksanakan sedemikian besar, karena memang tidak ada anggaran khusus yang diperuntukkan bagi peringatan tersebut. Namun menurut saya keseluruhan kegiatan memperingati dies natalis kali ini juga tidak kalah menarik dan semarak dibandingkan dengan kegiatan serupa di perguruan tinggi lain. Hal tersebut disebabkan begitu banyak kegiatan dan bervariasinya kegiatan tersebut, meskipun hanya sekedar dengan memberikan label dies natalis saja.
Justru menurut saya yang terpenting ialah bagaimana kita sebagai warga UIN Walisongo dapat memberikan kontribusi nyata dalam memajukan lembaga serta mengisinya dengan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat. Salah sartu kegiatan penting dalam peringatan kali ini ialah dzikir bersama untuk keselamatan seluruh warga dan UIN Walisongo dalam mengemban amanah mencerdaskan anak bangsa dan sekaligus membekali mereka dengan ilmu dan akhlak mulia.
Kita yakin bahwa kekuatan doa dan dzikir itu sangat dahsyat, meskipun masih banyak pihak yang meragukan hal tersebut. UIN Walisongo dibangun juga dengan kekuatan doa tersebut. Prestasi yang sampai saat ini sudah diraih, tentu bukan semata-mata usaha jasmani, melainkan juga didorong oleh doa yang dipohonkan oleh seluruh warga, terutama para pimpinannya. Bahkan kita sangat yakin jika bukan karena kekuatan doa dan Keputusan Allah SWT, maka UIN Walisongo masih dalam angan-angan semata.
Memang semarak peringatan dies natalis UIN Walisongo tidak identik dengan peringatan lainnya, semacam peringatan HUT Kemerdekaan RI yang seluruh warga bangsa melakukan berbagai kegiatan, termasuk menghiasi seluruh jalan, gapura dan lainnya. Hanya saja untuk peringatan dies UIN Walisongo tidak terlalu mementingkan persoalan asesoris lahir, termasuk mempercantik kampus dengan mengecatnya dan lainnya. Namun kemeriahan peringatan dies tersebut lebih ditekankan kepada banyaknya kegiatan yang terkait dengan keilmuan.
Walaupun demikian momentum untuk mempercantik kampus sesungguhnya juga dapat dilaksanakan, akan tetapi hal tersebut tentu bukan persoalan yang mudah, karena seluruh kegiatan yang menggunakan anggaran, harus dipersiapkan sedemikian rupa dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan rencana anggaran yang sudah ditetapkan. Kalau sekedar mempercantik dan menata serta merapikan dan membersihkan lingkungan, maka hal tersebut mutlak dilakukan, bukan karena hal tersebut masuk dalam penilaian lomba yang diselenggarakan untuk itu, melainkan memang sudah seharusnya dilakukan setiap saat.
Hal penting yang dapat dilakukan dalam rangkaian peringatan dies natalis ialah melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, karena kita tahu dan sadar bahwa kampus saat ini memang harus denkat dan bahkan menyatu dengan masyarakat, bukan dalam kampusnya secara fisik, melainkan sikap dan kegiatannya. Artinya kampus harus dapat memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan masyarakat secara umum, semacam mencarikan solusi terbaik atas berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh mereka, melalui riset yang dilakukan.
Nah, dalam kaitannya dengan hal tersebut pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh UIN dapat berupa donor darah, santunan kepada anak yatim, mereka yang miskin, melaksanakan sunatan masal terutama bagi anak-anak kurang mampu, melaksanakan bakti sosial dan lainnya. Tentu semua itu disamping sudah secara rutin dilaksanakan oleh UIN secara kelembagaan, juga sekaligus dalam rangka peringatan dies kali ini diharapkan akan lebih mendekatkan UIN dengan masyarakat. Semoga. [30/3/2016]
Dapat diakses melalui http://muhibbin-noor.ac.id[:]