[:id]UIN Walisongo Online; Semarang- Satuan Pengawasan Internal (SPI) UIN Walisongo Semarang adakan kegiatan Workshop Penyusunan Profil Risiko, Kamis – Jumát (31/10-1/11) di Hotel Grand Wahid Kota Salatiga.
Kepala SPI, Andi Fadllan menyampaikan bahwa harus ada pemahaman yang sama tentang pentingnya Manajemen Risiko. Workshop ini bertujuan untuk memberikan orientasi dan wawasan tentang manajemen risiko dan menyusun profil risiko masing-masing Unit Pemilik Risiko (UPR). Acara ini diikuti oleh 40 orang yang mewakili seluruh unit yang ada di UIN Walisongo.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Wakil Rektor II Dr H Abdul Kholiq M Ag yang didampingi oleh Kepala Biro AUPK, Priyono M Pd. Dalam sambutannya Wakil Rektor II menyatakan bahwa UIN Walisongo Semarang adalah sebuah perguruan tinggi yang besar dan tentunya disadari atau tidak pasti akan banyak risiko yang sangat mungkin terjadi dalam upaya atau proses pencapaian visi dan misinya.
Untuk meminimalisir dan mengantisipasi potensi risiko yang mungkin terjadi maka diperlukan strategi dan langkah-langkah cerdas yang harus dilakukan oleh UIN Walisongo Semarang. “Workshop ini menginisiasi langkah cerdas dalam membuat dan menyusun profil risiko untuk UIN Walisongo. Dengan adanya profil risiko tersebut maka tentunya diharapkan akan membuat penguatan tatakelola kelembagaan akan semakin baik.”
“Manajemen risiko suatu Perguruan Tinggi merupakan suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman yang diibaratkan suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya,” imbuhnya.
Manajemen risiko ini bisa diterapkan di sebuah Perguruan Tinggi untuk membantu mengantisipasi berbagai risiko (potensi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi). Universitas mempunyai dua kapasitas, baik secara re-quantitative maupun re-qualitative. Bila dua kapasitas itu disundul akan mengakibatkan suatu masalah. Oleh sebab itu, perlu diadakan selling terlebih dahulu untuk mengantisipasi.
Untuk itu, sosialisasi ini bisa menjadi bekal dalam menerapkan manajemen risiko yang sistematis yang berdasarkan best practise tentang risk capacity.
“Jadi, banyak pembahasan yang sifatnya menunjukkan bagaimana risk management berinteraksi dengan strategi dan juga dengan hal-hal operasional,” tutupnya.[:]