[:id]UIN Walisongo Online; Jepara- Mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nayata (KKN) Mandiri Inisiatif Terprogram (MIT) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang posko 64 Desa Lebuawu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara mengadakan pengukuran arah kiblat kuburan, Senin (3/2).
Pengkuran arah kiblat ini selain sebagai kegiatan aplikasi teori yang dipelajari dalam bangku perkuliahan juga merupakan program arahan dari pihak desa. Awalnya program ini dirancang untuk mengukur arah kiblat mushola dan masjid.
Namun dari pihak desa meminta pengecekan arah kiblat tersebut diarahkan untuk mengecek arah kiblat pemakaman. Mohadi Arifin, selaku Bendahara Desa mengungkapkan bahwa selama ini belum pernah diadakan pengukuran arah kiblat makam. Sehingga penataan batu nisan di makam belum rapi.
“Ciri khas patok (nisan) dari Desa Lebuawu itu belum tertata rapi, mudah-mudahan setelah dibantu tim KKN nanti bisa membantu dalam pelaksanaan pemakaman.” jelas Arifin.
Koordinator bidang keagamaan, M. Habibur Rahman menjelaskan dalam pengukuran arah kiblat, ada beberapa alat pengukur yang bisa digunakan, seperti Istiwaaini dan Setiga Kiblat. Kedua alat ini memiliki konsep yang sama, namun berbeda apabila untuk menentukan utara sejati. Istiwaaini membutuhkan cahaya Matahari sedangkan Segitiga Kiblat membutuhkan kompas.
“Jika menggunakan Istiwaaini itu harus terkena sinar Matahari secara langsung, untuk mengkalibrasi dimana Matahari berada, sedangkan untuk Segitiga Kiblat kita cukup menggunakan kompas dan mengoreksi dengan deklinasi magnetik.” Tutur M. Habibur Rahman.
Ahmad Zaenal Faozan, ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Rating Desa Lebuawu, menyatakan adanya pengukuran arah kiblat makam ini sangat bermanfaat untuk desa, karena bisa menyempurnakan arah kiblat makam. Dia berharap setelahnya hasil pengukuran arah kiblat tersebut menjadi patokan arah kiblat makam untuk kedepannya. (Tim Humas)[:]