[:id]
UIN Walisongo Online: Semarang – Nilai keperempuanan (feminim) menjadi tren pengelolaan masyarakat ke depan. Sifat melayani, mengayomi, melindungi diantara karakter didamba semua orang, termasuk kepemimpinan perempuan menjadi model yang digemari dalam realitas masyarakat kini dan ke depan.
Demikian disampaikan pendiri Fahmina Institute Dr. Faqihudin Abdul Qodir ketika berbicara dalam capacity building pimpinan UIN Walisongo Agrowisata Amanah di Kabupaten Karanganyar, Ahad (6/10/19).
Mubadalah menjunjung tinggi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Tidak saja sebagai hamba Allah, tetapi menyapa keduanya dalam kerangka maslahah, kebaikan, kerahmatan, dan harus mengikutsertakan keduanya sebagai subjek yang setara.
“UIN Walisongo, harus ramah perempuan,” kata Faqih.
Pimpinan dan pengelola diminta untuk menyamakan persepsi antar pimpinan UIN dalam pengelolaan dan pengembangan UIN Walisongo perspektif mubadalah.
Di lokasi yang sama, Rektor UIN Walisongo, Prof Dr H Imam Taufiq MAg mengatakan, perspektif Mubadalah dalam pengelolaan UIN penting untuk dipahami, dilaksanakan oleh universitas dan semua warga agar menciptakan kondisi yang berkeadilan berkesalingan relasi laki-laki dan perempuan.
Konsep Mubadalah (kesalingan) antara laki-laki perempuan penting sebagai perspektif pengembangan kampus.
“58-60 persen warga UIN adalah perempuan, sehingga kebijakan harus lebih lebih baik, lebih santun, berkeadilan dan berkesinambungan,” tandasnya.[:]