UIN WALISONGO, MONASH UNIVERSITY DAN UGM DESEMINASIKAN PROBLEM EKSTRIMISME DI SEKOLAH JAWA TENGAH

[:id]

Rabu (21/2) UIN Walisongo gelar International Symposium; Preventing Extremism Through School. Symposium ini merupakan diseminasi hasil penelitian bersama antara UIN Walisongo, Monash University Australia dan Universitas Gadjah Mada. Penelitian yang dilakukan selama tahun 2017 adalah wujud dari MoU UIN Walisongo dan Monash University. Muhibbin selaku Rektor menyambut baik riset bersama dan symposium yang dilakukan.

“Saya berharap kerjasama ini dapat terus terjalin dengan baik dan berkembang pada aspek lainnya”, tandasnya.

Bertempat di rektorat UIN Walisongo Semarang, Kevin Evans selaku Indonesia Director AIC bersama para peneliti, akademisi, perwakilan ormas, dinas pendidikan, perwakilan kepala sekolah (yang dijadikan obyek penelitian) membeber hasilnya.

Dari 20 sekolah Islam di Jawa Tengah yang menjadi objek penelitian, Melanie Brooks sebagai peneliti menyimpulkan ada dua model sekolah; mainstream school yang cenderung terbuka dan network school yang lebih tertutup.

“Model sekolah ini ditandai dengan keterbukaan dan ketertutupan, tingkat integrasi sekolah dengan masyarakat, pemaknaan identitas dan cara pandang akan keragaman”, jelasnya.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa berbagai macam varian dari 20 sekolah yang dijadikan obyek penelitian menguatkan disparistas tersebut.

Dari analisa yang dilakukan, muncul banyak temuan-temuan yang di luar ekspektasi peneliti. Menurut catatan Brooks dari 20 sekolah yang diteliti ternyata masih ditemukan bibit ekstremisme.

“Benih ektrimisme ditemukan juga di sekolah moderat. Idealnya sekolah moderat mengajarkan nilai-nilai yang toleran, tetapi di satu sisi masih ada yang  mengimplementasikan prinsip-prinsip ketidak beragaman”, ungkap Brooks.

Banyak rekomendasi dari penelitian ini baik kepada kepala sekolah, pemerintah dan pemegang kebijakan guna menguatkan nilai toleransi, keterbukaan pada perbedaan dan keragaman di sekolah. Untuk itu keterlibatan sekolah dalam kegiatan inter maupun intra keyakinan menjadi hal yang penting. Harapannya penelitian ini mampu memformulasikan framework pendidikan yang mampu mengikis ekstrimisme di Indonesia.

[:]

Leave a Reply