Rasanya belum lama kita menjalani ibadah
puasa Ramadlan dan merayakan Idul fitri, ternyata saat ini kita sudah
berada di bulan Dzul Hijjah yamng juga dikenal sebagai bulan kurban,
karena di dalamnya ada hari raya Idul Adlha atau id kurban. Peristiwa Idul Kurban itu sendiri merupakan napak tilas apa yang pernah dilakukan oleh nabi Ibrahim beserta nabi Ismail dalam ketaatan mereka kepada Tuhan. Nabi
Ibrahim diuji oleh Tuhan apakah kecintaannya kepada putranya Islamail
yang diharapkannya sedemikian lama lebih tinggi ketimbanga kecintaannya
kepada Tuhan. Dan ternyaata nabi Ibrahim lulus ujian sehingga bel;iau mendapatkan anugrah dari Tuhan yang sangat besar.
Peristiwa rencana penyembelihan nabi Ismail tersebut memang sarat dengan teladan bagi umat manusia. Betapa agungnya akhlak nabi Ismail sebagai seorang anak yang patuh serta ikhlas menerima perintah Tuhan melalui ayahandanya. Betapa pula mereka sebagai keluarga yang sangat cinta Tuhan serta sangat taqwa dengan mudahnya menghalau bujukan dan rayuan setan yang terus berusaha menggagalkan rencana melaksanakan tugas dan perintah Tuhan. Sungguh luar biasa untuk diteladani oleh seluruh keluarga di dunia ini.
Ternyata landasan ikhlas merupakan senjata yang sangat luar biasa untuk menghadapi apapun tantangan dan hambatan. Kalau hal tersebut diterapkan pada kondisi saat ini tentu akan merupakan sebuah pemandangan yang cukup aneh tetapi sangat dirindukan. Ketika umat manusia dihadapkan kepada persoalan pilihan apakah akan melakukan korban dengan menyembelih seekor hewan ternak yang memenuhi syarat, ataukah membeli sepeda motor, misalnya, tentu kebanyakan manusia akan lebih mendahulukan membeli sepeda motor, dengan alas an hal tersebut sangat dibutuhkan dan akan membantu tugas sehari hari.
Tetapi jikalau ada satu
orang saja yang lebih memilih berkorban terlebih dahulu dengan alas an
bahwa berkorban itu waktunya tertentu dan kalau ditunda harus menunggu
satu tahun kemudian. Untuk persoalan ini belum pasti usianya sampai
kepada tahun depan, sedangkan untuk urusan membeli sepeda motor dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja, serta dapat dengan memilih yang
baru atau yang second. Nah, pilihan tersebut sesungguhnya merupakan cerminan dari keimanan seseorang dan tentu keikhlasan seseorang dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kita tentu dapat menilai, manakah yang lebih ikhlas dalam kasus tersebut dan manakah secara hakiki yang lebih baik. Barangkali untuk menjawab inipun umat manusia saling berbeda dengan alas an masing masing. Namun
yang jelas urusan mendekatkan diri dan taqwa kepada Tuhan tentu menjadi
lebih baik dibandingkan dengan alas an apapun yang didasarkan atas kepentingan duniawi. Meskipun demikian memang harus diakui bahwa urusan duniawi adakalanya harus didahulukan dengan mengesampingkan kepentingan ukhrawi yang bersifat sunnah.
Contoh kongkritnya ialah kalau ada seseorang hanya mempunyai dua pilihan disebabkan keterbatasan harta yang dimilikinya. Misalnya hanya mempunyai uang yang hanya cukup untuk membeli seekor kambing, dan pada waktunyang bersdamaan, anaknya harus membayar kewajiban sekolah yang nilainya relative
sama dengan harga kambing tersebut, maka seseorang tersebut dipaksa
memilih antara kepenti9ngan berkorban ataukah memenuhi kewajiban anaknya membayar uang sekolah. Nah, dalam keadaan ini tentu membayar uang sekolah yang waktunya sudah sampai harus didahulukan dan menunda melakukan korban kambing.
Anehnya kebanyakan umat saat ini justru lebih mementingkan kepentingan duniawi yang langsung terasa dibandingkan dengan keopentingan ukhrawi yang baru akan dirasakan nanti di akhirat. Orang
banyak bergelimang harta, bahkan simpanannya di bank sangat banyak,
tetapi untuk sekedar berkorban yang hanya beberapa persen saja dari
hartanya, menjadi sangat berat. Inilah yang harus diimbau kepada semua umat agar tidak terlalu kikir untuk urusan yang berkaitan dengan pendekatan diri kepada Tuhan, seperti berkorban.
Semua harta yang saat
ini seolah menjadi milik kita sesungguhnya hanyalah titipan Tuhan dan
sewaktu waktu akan sangat mudah bagi Tuhan untuk mengambilnya kembali,
karena itu akan sangat bijaksana manakala kita dapat mentasarufkannya sedemikian rupa untuk kepentingan yang lebih bermanfaat, baik bagi diri kita maupun orang lain. Kebutuhan
kita dan keluarga kita memang harus dipenuhi, seperti kebutuhan
mengenai pangan, papan, sandang , kesehatan, pendidikan dan lainnya. TetapI kebutuhan pihak lain yang menempel di harta kita juga harus disalurkan, seperti zakat, infak dan sedekah.
Nah, kelebihan dari harta yang saat ini dikaruniakan oleh Tuhan tersebut, sudah seharusnya kita syukuri dengan terus menanamkan investasi akhirat melalui berbagai kegiatan yang dibenarkan dan bahkan dianjurkan oleh syariat islam. Salah satu yang saat ini memang dianjurkan ialah berkorban menyembelih hewan ternak sebagai tanda bakti kita kepada Tuhan. Akan
sangat naïf bilamana ada orang muslim yang mempunyai harta lebih,
tetapi sama sekali tidak tergerak hatinya untuk berkorban, yang sejatinya juga membantu mereka yang fakir dan miskin untuk dapat menikmati daging kurban.
Kurban bagi umat muslim sekaligus juga sebagai ujian, sejauh mana mereka mencintai harta dibandingkan dengan mencintai Tuhan. Karena berkorban tersebut memang merupakan perintah Tuhan yang langsung disampaikan melalui ayat sebagaimana tertuang dalam surat al-Kautsar. Perintah Tuhan tersebut bersamaan dengan perintah untuk melaksanakan shalat. Nah, kalau memang sungguh
sungguh beriman dan taqwa kepada Tuhan serta tulus dalam menyahuti
peruintah-Nya, maka tidak ada alasan untuk tidak melakukan kurban dalam
bulan Dzul Hijjah ini.
Ibaratnya kalau kita hamper setiap hari atau setidaknya setiap seminggu sekali sudah makan daging, maka bagi orang orang fakir miskin, mereka sama sekali tidak pernah menyentuh daging, karena hanya untuk sekedar menyambung hidup dengan makanan yang sederhana saja mereka sudah susah. Nah,
untuk itu akan sangat baik jikalau kita memberikan kesempatan kepada
mereka untuk menikmati daging tersebut, meskipun hanya satu tahun
sekali. Meskipun demikian bukan itu satu satunya motivasi untuk berkurban, melainkan banyak sisi yang dapat dijelaskan mengenai kurban tersebut.
Rasa syukur atas limpahan nikmat dan karunia Tuhan kepada kita tentu tidak cukup hanya diungkapkan dengan bahasa saja semisal mengucapkan al-hamdu lilah. Ungkapan
syukur melalui lisan tersebut juga penting, tetapi lebih penting dari
itu ialah bagaimana kita dapat membagi nikmat tersebut dengan sesame
yang sangat membutuhkan nikmat tersebut. Bukankah bersyukur yang terbaik ialah dengan menjalankan perintah Tuhan secara tulus?
Kita masih sangat ingat kepada sebuah pertanyaan seorang sahabat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. Sahabat
tersebut bertanya mengapa nabi Muhammad saw yang sudah dijamin ampunan
dari Tuhan dan ditanggung masuk surge, masih harus bersusah susah menjalankan shalat bahkan hingga kakinya menjadi bengkak?. Kenapa Nabi tidak bersantai saja menikmati apa yang ada?. Lalu apa jawaban Nabi, bukan lantas tertarik dengan pertanyaan tersebut dan kemudian menghentikan aktifitas beliau termasuk shalat, malahan beliau menjawab, apakah aku tidak termasuk hamba yang bersyukur?
Artinya kalau Nabi
telah dujamin masuk surge dan diampuni seluruh dosanya, maka Nabi memang
harus bersyukur, dan bentuk syukur tersebut yang paling baik ialah
dengan tetap menjalankan ibadah dan mengabdi kepada Tuhan secara tulus
dan lebih serius, bukannya malah menjauh dari Tuhan. Itulah kenapa saat
ini saya mengajak kepada seluruh umat Islam untuk berlomba berkurban
demi mendapatkan ridla dari Tuhan dan sebagai ungkapan syukur yang
paling pas dalam menyikapi limpahan karunia yang telah diberikan kepada kita. Semoga Tuhan senantiasa tetap memberikan karunia-Nya kepada kita. Amin.