Mengabdi dengan Kritik

Humas – Senin (26/11/2012) Perpustakaan
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang menggelar bedah buku “Kritik Tanpa
Solusi.” Acara yang berlangsung di aula Masjid 
Al Fitroh kampus 2 itu diikuti puluhan mahasiwa.

Dalam
kesempatan itu, penulis buku Kritik Tanpa Solusi M Abdullah Badri dan Dosen
Fakultas Tarbiyah Ahdi Riyono tampil sebagai pembicara. Ahdi menyampaikan,
tulisan-tulisan Badri dalam buku itu merupakan keluhan. Ia mencontohkan sebuah
tulisan yang berjudul “Dosa Besar Mahasiswa.”

Dalam
tulisan itu, Badri menohok mahasiswa yang tidak mau membaca, diskusi,
bersosialisasi, dan menulis dengan kritikan yang tajam. Mahasiswa, dalam
tulisan itu dianggap berdosa besar dan wajib bertaubat. Namun, Badri tak
menyuguhkan solusi dalam gagasannya itu.

Ahdi yang
juga jebolan MA Tasywiquth Tullab Salafiyyah (TBS) Kudus itu juga menyorot
tulisan-tulisan Badri yang berbau NU. Ia tidak sepakat dengan gagasan Badri.
Dalam tulisan berjudul “Masa Depan Peradaban Islam” misalnya, Ahdi tak sepakat
jika tradisi pesantren mampu menghadapi tanggung jawab itu. 

Tanpa Solusi

Kritik
selalu menuntut adanya sebuah solusi. Namun begitu, butuh waktu panjang dalam
tawar-menawar untuk menemukan solusi itu. Jauh beda dengan kinerja mengkritik
yang timbul dari sebuah kegelisahan. Hal itulah yang dialami dan dirasakan oleh
penulis muda IAIN Walisongo Semarang, M Abdullah Badri.  Bagi pria kelahiran Jepara itu, kritik adalah
cahaya. Menurutnya, kritik tanpa dibarengi solusi bukanlah tindakan yang
membangkang. “Kritik adalah pengabdian,” tandasnya.

Badri
menjelaskan, buku tersebut memuat karya-karyanya yang pernah dipublikasikan di
pelbagai media massa lokal maupun nasional. Tema yang diusung pun bervariasi.
Hal itulah yang membuatnya kebingungan ketika menentukan judul. “Judul Kritik
Tanpa Solusi, karena kebanyakan tulisan di dalamnya belum menawarkan solusi,”
katanya.

Kritik-kritik
Badri yang timbul dari kegelisahan dalam menampak fenomena sosial itu,  diabadikan dalam buku setebal 390 halaman. Ahdi
menambahkan, jika mahasiswa ingin menjadi penulis produktif di media massa  hendaknya membaca karya Badri. Menurutnya,
buku berkulit hitam dengan ilustrasi gunting memotong pita itu layak menjadi
acuan mahasiswa dalam belajar menulis. (Arif) 

Leave a Reply