UIN Walisongo Online, Semarang – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Tranmigrasi (PPDT) Abdul Halim Iskandar meminta mahasiswa baru UIN Walisongo tidak sekedar menjadi mahasiswa kupu-kupu. Mahasiswa kupu-kupu yang dimaksud adalah mahasiswa yang kuliah-pulang, makan-tidur.
Mahasiswa harus mampu menjadi penanda sejarah, harus mempunyai sense of crisis, mendidik kemapuan skil dan knowledge nya karena itu sangat dibutuhkan umat dan masyarakat.
Hal itu disampaikan dalam orasi ilmiah Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Walisongo Semarang tahun 2021, Senin (2/8/2021). Menteri hadir secara daring dan menyampaikan secara langsung di hadapan 5 ribu mahasiswa baru.
“Kepada mahasiswa baru, bangunlan konstruksi berfikir anda bahwa kampus itu bukan hanya tempat belajar teori dan ilmu pengetahuan. Kampus adalah arena pengembangan diri, mengasah kepribadian, dan mengoptimalkan diri. Ciptakan ruang epistemik yang produktif agar budaya akademik semakin produktif,” kata Gus Menteri.
Menurut Gus Menteri, universitas tidak dilihat dari bangunan megah, kelasnya yang mewah. Makna universitas harus dilihat dari ruang waktu dan dinamis. Kampus adalah bertemunya wadah pertemuan berbagai karekter, dialektika, debat, polemik sebagai aktualisasi dari kampus. Tidak semua kampus menjalankan khittahnya, tidak sedikit kampus yg bersusah payah sebagai kawah candradrimuka.
Dijelaskan Gus Menteri, menjadi bagian dari Universitas di tengah disrupsi ini tidak mudah. Tanggung jawab dosen tidak saja internal, tapi eksternal. Demikian halnya tentang riset, dosen maupun mahasiswa, hasilnya sudah ditunggu masyarakat.
Banyak universitas yang berfokus pada Tri Dharma dianggap tidak cukup berhasil. Kampus harus mampu menciptakan lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Riset dari kampus agar mampu dihilirsasi, sehingga dapat diserap oleh stake holder terkait.
“Saya berada di tengah pemuda, calon pemimpin bangsa. Saya bersaksi bahwa anda sebagai calon pemimpin bangsa ke depan,” tambahnya.
“Manfaatlah semua fasilitas yang ada di kampus, aktiflah di organsasi dengan belajar leadhersip dan team work, aktiflah di UKM-UKM sebagai pengembangan skil. Tumbuhlah menjadi generasi muda cerdas, multi talenta yang bertumbu pada kecerdesan buatan atau Artificial Intelligence (AI),” tambahnya lagi.
Selain hal tersebut, Menteri juga memaparkan tentang bonus demograsi dan pentingnya tidak terlibat dalam kegiatan berafilasi dengan radikalisme atau terorisme. Dalam kesempatan ini, ia mengingatkan kepada mahasiswa baru agar tidak terlibat dalam jaringan tersebut. Hal ini penting karena radikalisme, ekstrimisme, terorisme sudah menyasar perguruan tinggi.
Semestinya, perguruan tinggi adalah temaptnya kawasan berfikir, kawasan rasional sehingga jaringan radikalisme tidak dapat tumbuh. Tapi dalam faktanya, di perguruan tinggi sudah tumbuh jaringan radikal.
“UIN walisongo konsen pada hal tersebut, sehingga tidak masuk daftar list kampus dari BNPT. Bagi saya, ini juga masuk kredit point, untuk terus mengabarkan Islam Ahlus Sunnah, Islam yang rahmah, sehingga mahasiswa UIN harus mencerminkan institusi Walisongo,” ujarnya.
“Uin Walisongo mayoritas dari desa, sehingga ketika lulus bukan meninggalkan desa, tapi cepat balik desa dan bangun tanah kelahiran. UIN Walisongo punya tantangan untuk menyelipkan cinta kampung halaman, kampus pemberdayaan, menyiapkan aparatur desa yang inovatif, kuat, agar berfikir menjadi kader penggerak desa, untuk membantu akselerasi kebangkitan desa. Masa depan Indonesia, berada di desa. Desa masa depan kita semua,” pungkasnya. (Tim Humas)