UIN Walisongo Online, Semarang – Rombongan Pimpinan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo melakukan ziarah ke makam waliyullah yang ada di semarang. Makam waliyullah tersebut adalah Makam Syekh Jumadil Kubro, makam Mbah Kiai Soleh Darat, Makam Sunan Pandanaran, dan Pangeran Terboyo Semarang, pada Jumat (12/3).
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan ziarah 51 Wali dan Masyayikh dalam rangka memperingati dies natalis UIN Walisongo ke-51.
Tujuan dari ziarah ini untuk senantiasa tidak melupakan jejak dan sejarah para pendahulu kita yang telah berjasa dalam mensyiarkan Islam secara damai dan penuh kerahmatan.
Ziarah waliyullah Semarang ini dilakukan oleh para pejabat dilingkungan FITK yaitu Dekan FITK Hj Lift Anis Ma’shumah, M.Ag, Para Wakil Dekan, para Kajur dan Sekjur, Kabag, dan Kasubag di Lingkungan FITK.
Agenda ini tetap menjalankan protocol kesehatan, yaitu dengan 3M mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Prokes dilakukan dengan tertib, aman dan ziarah juga dilakukan dengan khusyu’.
Dekan FITK mengatakan, bahwa tokoh agama yang dikenal dengan panggilan Kiai Sholeh Darat ini bernama asli Muhammad Sholeh bin Umar Al Samarani. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kabupaten Jepara, pada tahun 1820.
Tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam di wilayah Semarang tersebut wafat di Semarang pada 28 Ramadan 1321 H/18 Desember 1903 M. Beliau merupakan putra dari Kiai Umar, pasukan perang Pangeran Diponegoro (1825-1830).
“Mungkin belum banyak yang mengetahui, bahwa Kiai Sholeh Darat ini merupakan guru beberapa tokoh bangsa Indonesia,” katanya.
Sunan Pandanaran atau Sunan Bayat (nama lain: Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran (II), atau Wahyu Widayat) adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang.
Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
“Ziarah ini sebagai napak tilas untuk mengenang perjuangan para pendakwah Islam di Nusantara meneguhkan spirit moderasi beragama. Dari sini akan menambah semangat untuk memperjuangkan Islam yang ramah, damai dan santun”, ungkap beliau
Kabag TU Siti Khotimah menambahkan, agenda ini juga sebagai napak tilas untuk mengenang para pendakwah Islam di Nusantara.