SEMARANG- Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang lahirkan Profesor baru dalam bidang Ilmu Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, acara pengukuhan berlangsung pada hari ini Kamis 4 Juli 2019 di auditorium II kampus III UIN Walisongo Semarang.
Di usianya yang ke 44 tahun Dr Syamsul Ma’arif MAg ini di kukuhkan sebagai Profesor Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan,
“ Membaca, Meneliti, berkarya dan Mengaji adalah Moto hidup saya. Dan Alhamdulilah di Usia saya yang ke 44 tahun ini bisa menyandang gelar Profesor. Semua harus di syukuri bukan untuk berbangga hati melainkan menjadi tantangan saya secara pribadi untuk menatap masa depan” ungkap Prof Syamsul
Dalam sambutannya yang bertema “Pendidikan dalam Pusaran Neo-Liberalisme dan Gerakan Ultra-Right : Restorasi Local Genius Pesantren” membawa audien untuk sejenak berfikir serta memikirkan masa depan pendidikan islam di indonesia.
“ Judul sambutan ini saya ambil dari kegelisahan saya yang mendalam serta kian tak berujung melihat kenyataan belum beranjaknya pendidikan di indonesia, termasuk dalam pendidikan agama islam. Pendidikan belum mampu merekayasa perubahan masyarakat yang diharapkan menuju pada transformasi perubahan masyarakat yang terbuka dan demokratis, pendidikan belum mewujudkan civil islam. Sebuah gambaran masyarakat yang memiliki tradisi saling menyayangi sesama umat manusia, bisa memahami dan menghormati berbagai ekspresi budaya akan nilai-nilai luhur dari berbagai kelompok (Multikultural)” Ungkap Prof Syamsul saat beri sambutan Pengukuhan.
Pendidikan Islam harus siap berada di pusaran neo-liberalisme “ terlepas dari kebijakan pendidikan nasional yang masih normatif dan terkesan lips service selama ini, tentu sangat memberikan dampak bagi wajah pendidikan kita. Sementara masifikasi gelombang globalisasi, sungguh telah didepan mata dan membawa pengaruh yang sangat serius pada sistem pendidikan nasional. Persoalan ini membutuhkan kajian kritis komparatif yang sangat efektif supaya mampu menawarkan sebuah sistem pendidikan yang lentur dan tidak ekslusif.” Tegasnya
“ sebenarnya terdapat pernyataan yang sering mengemukadan hingga kini belum bisa terjawab yaitu terkait quo vadis pendidikan islam. Faktanya pendidikan islam masih berada dipersimpangan jalan; antara harus mengikuti arus keilmuan barat atau timur tengah, kegelisahan paradigmatik sistem pendidikan islam lebih cenderung bersifat dikotomis. Dikotomisasi ilmu pengetahuan ini diperparah dengan kegelisahan pendidikan islam dalam menghadapi persoalan internal seperti; rendahnya profesionalitas guru dan dosen, minimnya infrastruktur dan suprastruktur dan ketimpangan antara kaya dan miskin/gaji PNS dan Non PNS. Pendidikan islam belum mampu melakukan pembenahan dari aspek software, hardware dan Humanware” Imbuhnya
“kita harus bisa membangun paradigma pendidikan inklusif. Segala bentuk kekerasan dengan kedok agama sebagaimana terjadi di indonesia selama ini, mungkin hal ini akan senantiasa terjadi selama perjumpaan antar penganut agama masih didominasi sikap saling curiga mencurigai dan belum melebur pada batas agama (Problem solving). Dalam konteks ini pendidikan islam harus bisa memainkan peran yang sangat penting untuk mampu mensosialisasikan etika global dengan penekanan sikap saling menghargai (Mutual Understanding) dari keanekaragaman budaya dan agama. Salah satu etika global yang harus disiapkan pendidikan islam adalah melahirkan “generasi inklusif” yang memiliki pandangan terbuka, luas dan saling menyapa tidak diskriminatif” Pungkasnya
Prof Dr H Muhibbin MAg Rektor UIN Walisongo semarang memberikan selamat kepada Prof Dr Syamsul Ma’arif MAg atas dikukuhkannya menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, semoga ilmunya bermanfaat dan bisa memberi warna baru dalam dunia pendidikan Islam, beliau termasuk Profesor termuda di UIN Walisongo Semarang.
“ UIN Walisongo semarang dalam menunjang pelayanan sudah mengembangkan fasilitas, saat ini sedang berlangsung pembangan 8 gedung baru berkat bantuan Islamic Developmant Bank, dan tahun ini alhamdulilah UIN Walisongo sudah terakreditasi A, semoga ini menajadi pijakan awal untuk kebesaran UIN Walisongo Semarang” Ungkap Prof Muhibbin
Orang nomer 1 di UIN Walisongo tersebut juga berpesan kepada Prof Dr Syamsul agar menindak lanjuti gagasan-gagasan yang dihasilkannya supaya bisa menjadi perbaikan dan penyempurnaan apa yang ada di lingkungan UIN Walisongo dan sekitarnya.
“Islam itu moderat, tidak condong ke kiri-kirian dan tidak condong ke kanan-kananan. Dan kita butuh para ahli untuk bisa membawa islam tepat di tengah,” jelas Prof Muhibbin
Sebelum mengakhiri sambutannya, Prof Muhibbin juga menyampaikan harapannya kepada calon penggantinya menjadi rektor nanti agar bisa membawa dan memajukan UIN Walisongo menjadi lebih baik lagi serta dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar maupun masyarakat Indonesia pada umumnya.
“Selasa depan tanggal 9 Juli 2019 secara jabatan terakhir saya bertugas sebagai Rektor di sini. Akan ada rektor baru nanti. UIN sudah semakin berkembang baik dalam segi keilmuan maupun sarana dan prasarana penunjang. Semoga UIN ke depan lebih baik lagi dan lebih memberikan manfaat,” pungkas Prof Muhibbin
Acara pengukuhan diakhiri dengan pemberian ucapan selamat dari anggota senat dan diteruskan para tamu undangan. Dilanjutkan dengan foto bersama.