SEMARANG – Merebaknya isu seputar NII
akhir-akhir ini, tidak saja menjadi problem politik pemerintah tetapi juga
menjadi beban para penyelenggara pendidikan termasuk kalangan Perguruan Tinggi
baik PTN/PTAIN maupun PTS/PTAIN.
“Civitas akademika Perguruan Tinggi dianggap sebagai kader
sangat potensial, tidak saja karena aspek kecerdasan dan kearifannya dalam
menerima ide-ide dasar NII, tetapi juga kemampuannya untuk menyebarkan visi
misi NII kepada masyarakat luas. Dua alasan inilah yang kemudian di introdusir
kader-kader NII, baik di Jakarta maupun di Semarang menjadikan kampus sebagai
pusat perekrutan†Tegas Dekan Fakultas Syari’ah ketika memberikan sambutannya
dalam Seminar Nasional dengan tema “Menangkal Penetrasi Pemikiran Dan Gerakan
Negara Islam Indonesia (NII) ke Dunia Kampus†yang digelar Kamis (23/6) di Aula
I Lantai II, Kampus I IAIN Walisongo Semarang.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa seminar atau diskusi
merupakan upaya yang sangat tepat bagi civitas akademika baik PTN maupun PTS,
agar isu NII tidak menjadi bola panas yang merugikan warga kampus. IAIN tidak
apriori dengan isu NII, tetapi rasional dan ilmiah
Hadir sebagai pembicara pada acara tersebut dari Peneliti dan
pengamat NII (Umar Abduh), IAIN Walisongo (Drs. H. Abu Hapsin, M.A., Ph.D.),
Rektor IAIN Prof. Dr. H. Muhibbin, MA. Dan Polda Jateng.
Menyangkut beberapa pertanyaan dari peserta tentang ketidaktegasan
pemerintah dalam menangani keberadaan NII yang dianggap meresahkan masyarakat,
Umar Abduh menjelaskan perlu adanya kategasan dari pemerintah dan juga MUI untuk
menfatwakan sesat kepada NII dengan didukung data-data yang memadai.
Sementara menurut Abu Hapsin, menangani munculnya gerakan-gerakan
seperti NII, khususnya di kalangan akademisi, maka disamping penegakkan hukum
yang baik perlu juga adanya pemebntukan forum-forum strategis antar tokoh dan
pihak akademis Peguruan Tinggi.