UIN Walisongo Online; Semarang- Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang Prof Dr H Syamsul Ma’arif MAg hadiri undangan sebagai pembicara dalam kegiatan Dialog Interaktif Kerukunan Umat Beragama dengan tema “Merajut Kerukunan, Bersatu dalam Perbedaan Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Menuju Semarang Hebat” yang diselengarakan oleh Badan Kesbangpol kota semarang di hotel Candi Indah Jl. Dr. Wahidin nomor 112 kota semarang, Rabu (18/9).
Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr H Imam Taufiq MAg sangat apresiasi sekali atas pengabdian Prof Syamsul yang ikut membesarkan nama UIN Walisongo.
“Saya sangat apresiasi atas pengabdian Prof Syamsul dan para dosen UIN Walisongo yang ikut serta membesarkan nama UIN Walisongo lewat pengabdiannya sebagai abdi negara yang terus aktif sebagai narasumber dalam bidangnya masing-masing,” tuturnya
“Saya berharap para dosen tetep eksis dan berkhidmah dengan ikhlas untuk UIN Walisongo, Masyarakat, Bangsa dan Negara.” Harapnya saat ditemui tim humas UIN Walisongo.
Dalam kegiatan Dialog Interaktif Kerukunan Umat Beragama ini Prof Syamsul membawakan materi dengan judul “Pendidikan Sebagai Rekayasa Membangun Harmoni”
Menurutnya Islam sejak kelahiranya telah begitu kental dengan ajaran-ajaran moralitas demi membangun struktur masyarakat yang berbudaya, beragama, dan berperadaban luhur.
“Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, mengindikasikan bahwa memang agama ini diturunkan untuk memperkenalkan dan sekaligus mengajarkan akhlak terpuji, Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan dalam sebuah hadis shahih bahwa “tidaklah aku diutus dimuka bumi ini kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” terang Prof Syamsul saat beri materi.
Selanjutnya Prof Syamsul Menerangkan bahwa, Fakta sejarah membuktikan, bagaimana gambaran masyarakat Arab pra Islam sama sekali tidak menunjukkan nilai-nilai kesalehan sosial. Tetapi justru masih diselimuti fanatisme kesukuan dan individualisme yang sangat tinggi, kebodohan, pertengkaran, dan hal ini sering membawa pada kekacauan masyarakat. Wajar jika kondisi masyarakat Arab seperti ini, terkenal dengan sebutan masyarakat Jahiliyyah. Namun setelah kedatangan Islam, lambat laun kebudayaan yang sama sekali jauh dari moralitas agama itu mampu disulap oleh Nabi Muhammad SAW menjadi sebuah komunitas yang mengedepankan sikap dan budi pekerti mulia. Masyarakat yang awalnya hidup dengan situasi acuh tak acuh, kejam, bengis, dan menghisap satu sama lain serta melecehkan martabat kaum wanita. Dengan metode uswah hasanah (percontohan yang baik) dari rasul, akhirnya mampu mengenal sikap saling tolong menolong, memuliakan manusia, menghormati wanita, dan nilai-nilai kesalehan sosial lainya.
Pendidikan punya peran yang menentukan bagi perkembangan dan perwujudan individu. Pendidikan mempunyai korelasi tinggi dengan stratifikasi sosial.
Pendidikan juga sangat strategis dalam mewujudkan pembangunan. Membentuk masyarakat berkebudayaan dan berperadaban tinggi. Sekaligus sebagai sarana mobilitas sosial.
“Melihat berbagai persoalan masyarakat akhir-akhir ini, sebenarnya, bisa diselesaikan melalui pendidikan. Baik itu persoalan ketimpangan, kesejahteraan, dan kekerasan. Jika masyarakat cenderung anarkis dan tidak demokratis. Suka memaksakan kehendak. Sering melawan peraturan perundang-undangan dan konstitusi yang berlaku, Maka, melalui pintu pendidikan adalah jawabannya.” ungkapnya
Dalam kegiatan dialog interaktif ini Prof Syamsul juga ditemani oleh Abdul Haris SH MH Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang yang sekaligus jadi pembicara dengan tema “Meningkatkan peran dan fungsi pemerintah dalam merajut kerukunan umat beragama, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa”, yang bertindak sebagai moderator adalah bambang Budi Hartono SH
Kegiatan dialog ini diakhiri dengan pemberian cindera mata dan foto bersama.