Humas- Reformulasi pendidikan
islam sudah seharusnya disesuaikan dengan era industrialisasi seperti sekarang
ini. “Tiga aspek kognitif, psikomotorik, dan afektik ini sangat dibutuhkan guna
mensinergikan pendidikan islam menatap era industrialisasi,†ungkap rektor IAIN,
Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag. disaat menyambut sekaligus membuka seminar nasional “Pendidikan
Islam Menatap Era Industrialisasi, di Aula I IAIN Walisongo Semarang, Rabu
(4/4).
Dekan Fakultas
Tarbiyah, Dr. Suja’i, MAg. Mengatakan, Pendidikan Islam diharapkan mampu
mengikuti perkembangan industrialisasi di zaman sekarang. Yaitu dengan
melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya kesejahteraan duniawi. “Seorang muslim
tidak hanya mementingkan akhirat saja, tetapi kenikmatan dunia juga harus kita
pentingkan, sehingga kita selamat di dunia juga di akhirat,†ungkapnya.
Konsep pendidikan
Islam, mendesak harus dibenahi sesuai dengan kebutuhan zaman, mengingat
gempuran industrialisasi di negeri terus menggeliat. “Islam tidak pernah
menolak konsep industrialisasi, asalkan dijalankan sesuai dengan hokum dagang
islam yang mengedepankan kebersamaan,†ungkap asisten directur kemahasiswaan
dan kejasama program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Masdar Helmy di
sela acara.
Menurut Masdar,
umat islam perlu segera mendesain ulang model pembelajaran yang sesuai dengan
tantangan dan tuntutan industrialisasi modern. Meski demikian, langkah itu
semestinya ditempuh tanpa harus mengorbankan idealism dan tatanan nilai Islami
yang sudah dibangun selama ini. “Model pembelajaran islam harus bias membangun
relasi antar tiga elemen di jagat, yakni manusia–alam, manusia-tuhan dan
manusia-manusia,â€paparnya.
Hanya melalui
reformulasi model pendidikan Islam semacam ini, kata Masdar, umat Islam akan
memiliki kesiapan psikologis dan sosiologis dalam menyongsong datangnya era
industrialisasi. “Dengan cara itu pula, umat tidak akan terjebak dalam sikap
latah dalam merespons era ini secara mentah-mentah,†katanya.
Pengajar di
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Muslih menambahkan, reformulasi
pendidikan Islam merupakan kebutuhan. Dalam menyikapinya diperlukan optimism tinggi
seluruh pelaku pendidikan baik pemikir,
intelektual, perancang maupun praktisi pendidikan. “mereka dapat memperbaharui
cara pandang dalam melihat dan menyikapi persoalan yang muncul dalam era
industrialisasi ini,†tambahnya. (sm)