Semarang – Kurikulum menjadi problem penting yang harus dimatangkan dalam menghadapi alih status UIN Walisongo. Terobosan yang dilakukan adalah dengan mereview isi kurikulum yang diselaraskan dengan visi misi lembaga. Kurikulum juga didesain sesuai standar nasional pendidikan (SNP) dan kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI). Demikian disampaikan Rektor IAIN Walisongo Prof Dr H Muhubbin MAg saat membuka Workshop on Review of Undergraduate Programs Curriculum IAIN Walisongo yang diselenggarakan oleh IAIN Walisong atas dukungan Islamic Development Bank (IsDB) di Hotel Quest Semarang (13/11/2014).
Kurikulum sangat perlu drekonstruksi ulang. Sebab sampai 2038, visi dan misi UIN tidak boleh diubah. Dulu kita tidak pernah gagal dan tidak pernah behasil karena belum punya standar gagal dan berhasil. Sekarang lembaga pendidikan ini ingin berhasil, makanya harus punya standar. “Review kurikulum ini menjadi cukup penting dengan menghadirkan para guru besar dan Ketua Program Studi†tegas Muhibbin. Kalau IAIN maju itu adalah akibat kerja kita bersama. Kita jadikan IAIN ini sebagai perguruan tinggi berbasis riset.
Wakil Rektor Bidang Akademik Dr H Musahadi MAg menegaskan perlunya kurikulum UIN diarahkan untuk menjiwai empat hal. Pertama menjiwai KKNI. Kedua menjiwai SNPT. Ketiga menjiwai unity of sciences dan keempat menjiwai tuntutan pasar. “Tanggung jawab kampus kepada para alumni sangat tinggi sekali, sehingga dalam menyusun kurikulum harus benar-benar diarahkan pada kebutuhan pasar†ungkap Musahadi. Jika ini dilakukan, lanjutnya, para alumni akan merasakan intisari ilmu yang diajarkan selama kuliah.
“Menyinggung isi kurikulum 2010 yang diberlakukan di IAIN Walisongo memang perlu direvisi†kata Direktur Pascasarjana Prof Dr H Ibnu Hadjar MEd. Ia menekankan perlunya kurikulum perguruan tinggi dirancang berbasis esensialis. Artinya, kurikulum yang dikonsep di masing-masing program studi hanya fokus pada bidang ilmu. “Selama ini kurikulum kita masih ensiklopedis, isinya banyak tapi belum fokus dan hanya berisi mata kuliah pengantar†imbuh mantan Dekan Fakultas Tarbiyah ini.
Semua kurikulum yang ada perlu direview dengan membawa tujuan kesatuan ilmu. Tentunya target yang diharapkan adalah dengan menyatukan ruh ilmu agama dan sains. “Strategi yang dilakukan dalam mengawal unity of sciences adala dengan humanisasi ilmu keislaman, spiritualisasi ilmu modern dan revitalisasi kearifan lokal†kata Ketua LP2M Dr H Sholihan MA. Merubah kurikulum sesuai dengan visi ini, imbuhnya, memang butuh waktu panjang dan melibatkan banyak pihak. (Rikza)