Santri Pondok Pesantren Mambaul Hikam Sidoarjo belajar praktik rukyatul hilal ke Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo Semarang untuk penentuan awal bulan Rabi’ul Awwal pada hari Senin, 29 Safar 1444 H (26/09/2022). Kegiatan ini merupakan bagian dari praktik pembelajaran ilmu falak yang teorinya sudah dipelajari di Pondok.
Rombongan yang terdiri dari santri dan guru madrasah diniyah (madin) dengan total kurang lebih 180 orang ini mengikuti kegiatan rukyatul hilal di Observatorium UIN Walisongo. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin kelas 6 madin sebagai bentuk pembelajaran praktek rukyatul hilal secara langsung.
“Para santri terbiasa menggunakan alat tradisional saat rukyah. Namun di sini kita mendapatkan pengalaman yang luar biasa melihat proses rukyah dengan berbagai teleskop dan teknologi yang cukup canggih.” Tutur Kepala Madrasah Diniyyah Mambaul Hikam Sidoarjo, Ilusia Insyiroh, Senin (26/09/22)
“Kita juga merasakan pengalaman yang spektakuler melihat simulasi pergerakan benda langit bisa diilustrasikan dan digambarkan dengan mudah dan jelas di Planetarium. Kita bisa dengan jelas memahami apa itu zawal, ijtima’, elongasi, serta terminologi-termnologi falak lainnya yang kadang rumit dijelaskan tanpa simulasi. Pada akhirnya dari pemaparan luasnya alam semesta kita jadi tersadar bahwa kita hanya butiran debu diantara banyaknya galaksi, maka tidak ada yang perlu kita sombongkan sebagai makhluq Dzat yang Maha Kuasa” Imbuhnya.
Kegiatan rukyatul hilal dilakukan pada hari pertama ijtima’ awal bulan Rabi’ul Awwal mulai pukul 04.56 WIB (26/09/2022). Hari ini sebagaimana biasanya, kita sudah menyiapkan beberapa teleskop untuk rukyah. Ada yang bias dilihat langsung dengan eyepiece, dan ada yang kita hubungkan ke lap top untuk kemudian kita dokumentasikan objek rukyatul hilal lewat sharocap. Kita juga melaukan mirroring citra objek rukyahnya ke layar sehingga audien dapat melihat secara Bersama saat pelaksanaan rukyat. Menurut hasil hisab kita bisa melihat posisi hilal pada sore ini sudah memenuhi kriteria Neo-MABIMS dengan ketinggian hilal melebihi 3 derajat dan elongasi lebih dari 6,4 derajat. Tutur Pengelola Observatorium UIN Walisongo Semarang, M. Ihtirozun Ni’am, Senin (26/09/22)
Ditambahkan oleh M. Ihtirozun Ni’am bahwa secara mata telanjang ada beberapa santri yang menyatakan melihat hilal, namun kita masih memastikan dengan hasil pengolahan citra hasil bidikan kita tadi. Proses ini masih berlangsung karena diidentifikasi ada garis lengkung yang stagnan dan sedang kita perjelas apakah itu hilal atau bukan. Diharapkan kegiatan rutin dan data yang didapatkan ini dapat menjadi kajian riset dan pengembangan serta kontribusi positif mengenai visibilitas hilal, imkanur rukyat serta ilmu falak pada umumnya. (*)