UIN Walisongo Online, Semarang – UIN Walisongo kembali menambah satu lagi guru besar. Hal ini sebagai salah satu wujud keseriusan UIN Walisongo sebagai lembaga yang memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Prof Dr H Mustaqim, M Pd jadi aktornya.
Prof Mustaqim dikukuhkan sebagai Guru Besar Manajamen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Selasa, (19/7/2022). Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar berlangsung di Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo.
Prof Mustaqim mengangkat tema ‘Supervisi Klinis Kolegial Informal sebagai Model Alternatif Peningkatan Kualitas Pendidik’, Prof Mustaqim mengamati tingginya pengaruh guru bagi peserta didik. “Pengaruh guru cukup tinggi terhadap prestasi siswa karena minat membaca di Indonesia masih rendah, baik itu siswa maupun guru.” ujarnya.
Rektor UIN Walisongo, Prof Dr Imam Taufiq, M Ag menegaskan bahwa dikukuhkannya Prof Mustaqim adalah pertanda spirit keilmuan UIN Walisongo untuk terus mengembangkan pengetahuan.
Kehidupan Prof Mustaqim sarat akan kontribusi, komitmen, dan kepakaran dalam ilmu pengetahuan terkhusus dalam bidang ilmu manajemen pendidikan.
“Karya-karya beliau ini sudah tidak terhitung lagi. Referensi-referensi dalam bidang ilmu menajemen pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dari Prof Mustaqim ini.” ujar Prof Imam Taufiq dalam sambutannya.
Prof Mustaqim sebagai inisiator supervisi yang sederhana, lanjutnya, menjadikan teori ini mudah untuk diterpakan di lembaga pendidikan. Jabatan guru besar yang didapat bukan saja sebagai prestasi akhir dalam kepangkatan dosen, gelar ini juga sebagai otoritas ideal untuk pengembangan ilmu yang lebih kompleks.
“Prof Mustaqim ini adalah asset besar yang dimiliki oleh UIN Walisongo, dan untuk generasi-generasi selanjutnya agar dapat meningkatkan intensitas baik dalam kuantitas dan kulaitas guru besar di UIN Walisongo” tandasnya dalam akhir sambutan.
Menurut Prof Mustaqim rendahnya minat baca berdampak pada kualitas pendidikan secara keseluruhan. Ia mengatakan, pernah ada gerakan literasi sekolah di Indonesia. Hanya saja belum berjalan sepenuhnya, apalagi di kawasan perdesaan. Sementara di wilayah perkotaan saja, lanjutnya, hanya beberapa lembaga pendidikan yang menerapkan yang menerapkan hal tersebut.
Gagasan peningkatan kualitas pendidikan melalui supervisi klinis kolegial informal menjadi jawaban atas permasalahan yang ada pada lembaga pendidikan. Teori supervisi ini bisa diterapkan pada guru dengan karakteristik masing-masing. Misalnya guru yang pintar maka cocok dengan supervisi klinis. Teori ini juga fleksibel, efisien, murah, dan mudah untuk diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan.
“Ini adalah hal penting yang tidak bisa ditunda, sangat mendesak karena pengaruh guru terhadap siswa sangat tinggi dan minat baca siswa yang rendah.” tegas Prof Mustaqim dalam orasi ilmiahnya.