Humas – Mahasiswa Tadris Matematika
IAIN Walisongo Semarang menggelar nonton bareng film kepurbakalaan Islam Jawa
Tengah di Laboratorium Pendidikan Fakultas Tarbiyah (11/5/2012).
Film berdurasi tigapuluh menit
karya Museum Ronggowarsito ini menyajikan kepurbakalaan Masjid Agung Demak,
Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara. “Mahasiswa sangat antusius
untuk memahami akulturasi budaya Islam Jawa Tengah dalam film itu,†kata Dosen
Islam dan Budaya Jawa, M Rikza Chamami MSi saat mendampingi
nonton bareng.
Setelah menyelesaikan kuliah teori Islam dan Budaya Jawa, kata
Rikza, mahasiswa diajak ke Museum Ronggowarsito dan kita perlihatkan film Islam
Jawa Tengah. Dengan model perpaduan pembelajaran kelas dan lapangan, mahasiswa
diharapkan akan lebih dekat dengan fakta budaya Islam Jawa.
Kesan bahwa budaya Islam tertutup
dari budaya lainnya dikupas setelah mahasiswa menyaksikan film tersebut. “Dalam
film itu digambarkan secara jelas bahwa tiga masjid di Jawa Tengah sangat
terbuka dengan budaya Hindhu dan Budha†imbuh aktivis Pusat Pengkajian Islam
dan Budaya Jawa (PPIBJ) ini.
Misalnya di Masjid Demak terdapat bangunan masjid yang diambil
dari Kerajaan Majapahit. Di Masjid Menara dan Masjid Mantingan yang bangunan
gapuranya mirip bangunan Hindhu-Budha. “Fakta sejarah ini harus dimaknai lebih
luas, bahwa Islam Jawa sangat menghormati agama di luar Islam,†tegas Rikza
yang juga Sekretaris Laboratorium Pendidikan.
Islam Jawa, lanjutnya, tidak
menjadi agama yang kolot. Dan yang sangat indah adalah Islam Jawa mencerminkan
Islam yang santun. Baik santun dalam budaya dan santun dalam beragama. Saat ini
sangat dibutuhkan masyarakat Jawa yang peduli terhadap peninggalan nenek
moyang.
“Jangan sampai harmonisasi
kehidupan nenek moyang kita dicederai oleh sekelompok masyarakat yang suka
berkonflik,†imbuh Rikza. Dengan melek terhadap budaya Jawa ini masyarakat
sudah cukup untuk melakukan hidup guyub
rukun. Termasuk penanaman nilai-nilai Jawa yang santun dan adiluhung harus
diterapkan sejak di sekolah maupun Perguruan Tinggi. “Jangan sampai jadi orang
Jawa yang tidak njawani,
dan merubah budaya Jawa dengan budaya ontran-ontranâ€
tegasnya.
Mahasiswi Tadris Matematika, Lilis Yuliani mengapreseasi
kegiatan nonton kepurbakalaan Islam Jawa Tengah ini. “Dengan menyaksikan film
ini mahasiswa jadi tahu ciri khas Islam Jawa Tengah†ungkapnya. Banyak
peninggalan para pendahulu Jawa yang menjadi petunjuk tiga nilai dasar Islam
Jawa. Yang dimaksudkan adalah toleransi, interrelasi dan akulturasi. Ia
berharap kegiatan semacam ini selalu dilakukan untuk membekali mahasiswa agar
mengenal lebih dekat budaya lokal yang sangat unik.(Rikza)