UIN Walisongo Online, Semarang – Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung melakukan benchmarking ke UIN Walisongo Semarang terkait kuliah blended learning. UIN Bandung merujuk ke UIN Walisongo karena di kampus tersebut sebagian sudah menjalankan perkuliahan secara blended.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor I UIN Bandung Prof. Dr. Rosihan Anwar, M.Ag di ruang sidang rektor lantai 2, Kamis (16/9/2021). UIN Bandung membawa rombongan berjumlah 9 orang, diantaranya Kepala Biro AAKK, Kepala PTIPD dan lainnya.
“Kegiatan hari ini ditujukan untuk belajar terkait perkuliahan blended atau tatap muka yang akan dilaksanakan di UIN Sunan Gunung Djati, harapannya Oktober sudah bisa melaksanakan perkuliahan tatap muka,” katanya.
Melalui Benchmark, UIN Bandung ingin melihat pola kuliah blended yang ada di UIN Walisongo, termasuk antisipasi kemungkinan terburuknya. Perkuliahan blended juga didorong keinginan mahasiswa untuk segera kembali ke bangku kuliah.
“Mahasiswa sudah mulai mendesak untuk bias perkuliahan tatap muka, sehingga kami segera melaksanakan kegiatan ini,” katanya.
Rombongan UIN Bandung disambut oleh Wakil Rektor III UIN Walisongo Dr. Arief Budiman, M.Ag. Dia menyatakan, kegaitan benchmark terkait blended learning merupakan cara yang baik dalam sharing gagasan. Sejauh ini, blended learning masih menjadi cara terbaik di masa pandemi ini di tengah angka pandemi yang sudah relatif turun.
Ia menjelaskan, pembelajaran blended learning bisa digunakan sebagai alternatif, karena belajar secara daring membuat motivasi belajar mahasiswa menurun. Di berbagai fakultas, sudah dilakukan sejumlah simulasi blended learning, dan menunjukkan respon yang baik.
“Beberapa kegiatan intra kampus juga sudah mulai dilaksanakan secara offline, seperti wisuda dan orsenik mahasiswa,”tambahnya.
Penjelasan Benchmark kemudian dijelaskan oleh Dekan FITK Dr.Hj. Lift Anis dan Wakil Dekan I FITK. Setelah itu, dilanjut dengan diskusi bersama. (Tim Humas)