UIN Walisongo Online, Semarang – Pengembangan pondok pesantren (Ma’had) sebagai penunjang akademik mahasiswa sangat diperlukan untuk perguruan tinggi. Ma’had menciptakan peranan pendukung selain transfer ilmu melalui perkuliahan.
Hal ini disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. dalam kegiatan pembinaan pegawai di UIN Walisongo Semarang, Jumat (18/2/2022).
Menurut guru besar UIN Raden Patah Palembang ini, ma’had harus dikembangkan menjadi pionir pengembangan mahasiswa. Menurutnya, jika mahasiswa hanya belajar di bangku perkuliahan saja, itu sangat tidak mencukupi.
Oleh karenanya, diperlukan sebuah model pengembangan yang dapat membimbing mahasiswa secara menyeluruh, salah satunya melalui skema ma’had.
“Jadi dengan ma’had, keberadaan UIN ini berbeda dengan universitas umum. Karena mahasiswa UIN tidak hanya belajar ilmu umum, tapi juga belajar ilmu agama. Dan itu distingsi kita dan janji akademik sebagai UIN,” katanya.
Beberapa kampus, kata dia, mulai mengembangkan ma’had sebagai piranti pendukung akademik mahasiswa. Namun tidak sedikit perguruan tinggi yang belum menerapkan ma’had secara terpusat. Perguruan tinggi sudah saatnya mengembangkan ma’had sebagai bagian dari pengembangan kampus.
“Saya melihat UIN Walisongo sudah konsen pada masalah ini, dengan pembangunan ma’had dengan dana BLU. Sebetulnya ada tiga konsep pengembangan ma’had, pertama punya gedung sendiri, lalu melakukan kemitraan dengan pondok pesantren di sekitar kampus. Lalu ketiga, menjadikan kampus sebagai ma’had pada jam-jam tertentu,” tambahnya.
Dengan cara ini, sambung dia, maka output dari perguruan tinggi dapat berkuliatas. Seorang yang masuk UIN tidak saja dapat ilmu, tapi punya kemampuan agama yang mencukupi.
“Jika alumni UIN dibutuhkan masyarakat bisa membantu, meskipun dari fakultas teknik atau sains,” tambahnya.
Kegiatan pembinaan dimoderati oleh Kabiro AUPK UIN Walisongo Semarang. (Humas)