UIN Walisongo Online, Semarang – UIN Walisongo melalui International Office, mengadakan summer course 2024 lewat program WISDOM (Walisongo, Islam, Democracy, and Multiculturalism) yang berlangsung selama tiga hari, mulai 17 hingga 19 September 2024, di Hotel Azana Airport Semarang. Program ini dihadiri oleh 31 peserta dari berbagai belahan dunia.
Mengusung tema “Islam and Cultural Diversity,” kegiatan WISDOM dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni Dr. Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’I, M.Ag pada hari pertama acara.
Pengantar acara disampaikan oleh Agus Mutohar, M.A., Ph.D., Kepala International Office UIN Walisongo. Dalam sambutannya, beliau memperkenalkan UIN Walisongo sebagai salah satu universitas Islam terkemuka di Jawa Tengah. Lebih lanjut Kepala Internasional Office menjelaskan bahwa tujuan utama pelaksanaan acara WISDOM setiap tahunnya adalah untuk mempromosikan nilai-nilai keragaman (diversity) dan menyampaikan pesan bahwa perbedaan merupakan keunikan, bukan sesuatu yang negatif. Melalui program International Summer Course ini, diharapkan seluruh peserta dapat mengikuti rangkaian kegiatan dengan penuh semangat dan antusiasme, sekaligus belajar mengenai budaya Indonesia.
Wakil Rektor III, Dr. Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’I, M.Ag., memberikan sambutan kedua sekaligus meresmikan pembukaan acara. Dalam sambuatannya, beliau menjelaskan tentang keragaman budaya dan agama yang ada di Indonesia. Tema “Islam and Cultural Diversity” dianggap sangat relevan dengan situasi dan isu global saat ini. Beliau berharap acara ini dapat menjadi wadah untuk mempererat tali silaturahmi dan hubungan antarbangsa, meskipun terdapat perbedaan agama dan budaya di tingkat global.
Hari pertama program WISDOM 2024 dilanjutkan dengan sesi diskusi yang menghadirkan narasumber utama, Prof. Dr. Misbah Zulfa Elizabeth, M. Hum., Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo. Dalam sesi ini, beliau membawakan materi mengenai “Keberagaman Budaya dalam Perspektif Islam”. Prof. Dr. Elizabeth menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya yang sangat beragam, mulai dari pakaian tradisional, arsitektur bangunan, hingga ritual adat yang masih dijalankan di berbagai daerah.
Beliau mencontohkan keragaman yang bisa dilihat dari pakaian tradisional seperti hijab yang dikenakan oleh masyarakat Muslim Indonesia dan pakaian adat Jawa yang digunakan dalam berbagai acara. Selain itu, konsep kecantikan yang berbeda-beda di setiap suku juga menjadi sorotan, seperti pada suku Dayak, di mana wanita dianggap cantik jika memiliki daun telinga yang panjang. Contoh ini dikaitkan dengan budaya Afrika yang menilai kecantikan dari bentuk bibir.
Prof. Dr. Elizabeth juga menjelaskan pentingnya memahami konsep keragaman agar tidak terjebak dalam etnosentrisme, di mana seseorang merasa budayanya lebih unggul dari budaya lain. Hal ini seringkali melahirkan stereotip dan prasangka negatif yang bisa memecah persatuan. Beliau menegaskan bahwa keberagaman, baik dalam Islam maupun dalam konteks budaya, harus dipandang sebagai kekuatan yang dapat mempersatukan.
Selain itu, peserta pada sesi ini juga diajak untuk lebih memahami bagaimana keberagaman budaya di Indonesia dapat menjadi model bagi dunia internasional dalam menciptakan harmoni di tengah perbedaan. Diskusi interaktif yang melibatkan peserta dari berbagai negara ini memperkuat tujuan WISDOM sebagai platform global yang mempromosikan nilai-nilai inklusivitas, demokrasi, dan kerukunan antarbangsa.
Peserta WISDOM 2024 juga diperkenalkan dengan budaya Indonesia seperti wayang, batik, dan tarian Indonesia yang diikuti dengan melakukan simulasi wayang, mengambar batik, dan melakukan praktik tarian. Kegiatan diakhiri dengan pementasan tarian dari berbagai negara dan refleksi mengenai pentingnya merayakan keberagamaan di dunia.
Dengan antusiasme yang tinggi dari para peserta, WISDOM 2024 diharapkan dapat melahirkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara Islam dan keberagaman budaya di kancah internasional.