UIN Walisongo Online, Semarang – Peringatan Dies Natalis ke-52 Universitas Islam Negeri Walisongo tahun 2022 ini kembali melaksanakan ziarah 52 wali dan tokoh-tokoh pejuang bangsa (masyayikh).
“Kampus UIN Semarang memakai nama Walisongo yang dikenal sebagai pejuang Islam di Nusantara, maka agenda Dies Natalis ini kita ziarah makam Walisongo, Raja Mataram, tokoh nasional, pendiri kampus dan Rektor IAIN yang sudah wafat,” kata Dr Akhmad Arif Junaidi MAg, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo sesaat setelah berziarah Makam Raja Mataram di Kotagede Yogyakarta, Kamis (24/2/2022).
Ziarah 52 Wali dan Masyayikh ini dilaksanakan mulai 23 Pebruari hingga 15 Maret 2022. Untuk rombongan pertama dari LP2M berziarah makam KH Muslim Rifai Imampuro (Mbah Liem) di komplek Pondok Pesantren Al Muttaqien Klaten, Sunan Bayat/Sunan Pandanaran II di Desa Paseban Bayat Klaten, Sultan Agung di Makam Imogiri Bantul Yogyakarta, Panembangan Senopati dan Panembahan Hanyokrowati di Makam Raja Masjid Mataram Kotagede Yogyakarta dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah di belakang Masjid Jami’ Karangkajen Yogyakarta.
“Tokoh-tokoh yang kita ziarahi mempunyai jasa besar dalam mendakwahkan dan memajukan Islam di Nusantara,” ungkap Arif yang juga dosen Fakultas Syariah dan Hukum.
Sunan Bayat mempunyai sejarah erat dengan Kota Semarang yang menjadi lokasi kampus UIN Walisongo. Sebab Sunan Bayat merupakan putra pendiri Kota Semarang, yaitu Sunan Pandanaran I yang merupakan keturunan Kerajaan Demak.
“Hubungan Kerajaan dengan para Walisongo juga sangat erat dan hidup di era yang sama,” tambah Arif.
Raja-Raja Mataram yang telah wafat mempunyai semangat juang yang sangat luar biasa dalam menanamkan nilai keislaman dan menjunjung tinggi budaya Nusantara. Demikian juga KH Ahmad Dahlan yang berhasil mendirikan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern di Indonesia. Mbah Liem juga melatih kita semua dengan slogan NKRI harga mati yang menunjukkan semangat cinta bangsa tanpa henti.
“Dari para tokoh ini, kita banyak mendapat inspirasi dalam mengelola kampus dengan melihat sejarah masa lalu dan menguatkan dengan manajemen pengelolaan universitas dengan prinsip moderasi beragama” pungkas Arif.*)