ANTARA KEINGINAN BERDERMA DAN MENDIDIK
Oleh. H. Muhibbin
Hari ini kita
memulai melakukan puasa Ramadlan. Tentu
semua berharap bahwa kita akan dapat menyelesaikan puasa sampai akhir bulan
nanti, dan meraih kemenangan, serta kembali menjadi fitri yang diidamkan. Pikiran dan hati pun kita tata sedemikian
rupa agar di bulan suci ini dapat meraih berkah dengan melakukan aktifitas yang
baik dan bermanfaat , serta beribadah, baik yang bernuansa pribadi maupun
sosial. Bahkan secara eksplisit banyak
anjuran yang datangnya dari
sumber-sumber ajaran Islam untuk memperbanyak sedekah kepada orang lain,
utamanya diperuntukkan bagi mereka yang
kurang mampu.
Sementara di sisi lain situasi seperti ini selalu dimanfaatkan oleh sementara orang yang
kurang bertanggung jawab untuk meraih keuntungan pribadi melalui dan atas nama
amal. Sungguh suatu yang tentu
menyedihkan. Biasanya dibulan suci ini
cukup banyak orang “berkeliaran†untuk mendapatkan keuntungan, dengan
memanfaatkan momentum Ramadlan. Tentu
tidak semua punya pikiran kurang terpuji
seperti itu. Sebagiannya ada yang memang
berniat baik dan sekaligus memanfaatkan mementum Ramadlan, seperti panitia
pembangunan berbagai fasilitas umat Islam, dan lainnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian dari mereka juga ada yang berpikiran
kurang terpuji dengan memanfaatkan Ramadlan ini untuk mengeruk keuntungan
pribadi atas nama sedekah dan amal jariah.
Memang bulan Ramadlan ini menyimpan sejuta
misteri. Di jalan-jalan, utamanya di
traffic ligh marak orang yang meminta-minta dengan berbagai
di kampung-kampung banyak orang lalu lalang dengan menenteng proposal
sederhana mengetuk pintu setiap rumah yang dilalui. Bahkan di depan
masjid-masjid jami` muncul pengemis-pengemis musiman yang berjajar memanjang meminta
perhatian dan mengetuk hati. Semua itu
merupakan gambaran nyata yang tidak dapat ditutup dan pungkiri.
Sebagai muslim yang sedang berpuasa, tentu menjadi
trenyuh menyaksikan kondisi seperti itu.
Dan demi meraih keridlaan Allah dan melatih kedermawanan, uang recehpun
mengalir ke tangan-tangan mereka.
Persoalannya ialah kita
diharapkan berderma, terlebih di bulan Ramadla ini, tetapi di pihak lain dengan
pemberian kita tersebut justru malah menyuburkan pengemis dan bahkan mengundang
keinginan untuk menjadi pengemis bagi yang belum sempat,dan ini tentu tidak
mendidik. Bahkan kita semua termasuk
pemerintah berkeinginan memberantas
kemiskinan dan gelandangan yang terus menghiasi sudut-sudut
Beberapa
dan daerah telah menerapkan perda untuk memberikan sanksi bagi mereka yang
memberikan pemberian kepada pengemis di jalanan. Memang terasa kurang baik, orang memberi
santunan kok malah diberi sanksi denda.
Namun menurut saya tindakan itu
ada benarnya dalam rangka untuk mencegah maraknya pengemis jalanan yang cukup
meresahkan pengguna jalan dan juga mencederai pemandangan. Logikanya kalau semua orang serentak tidak mau memberikan santunan kepada
pengemis jalanan, tentu mereka tidak
akan kerasan dan tidak akan kembali lagi.
Barangkali kalau gerakan dan kesadaran untuk tidak memberikan santunan
kepada pengemis di jalanan ini hanya satu dua hari saja mereka masih akan
mencoba lagi, tetapi kalau selamanya mereka tidak akan mendapatkan simpati dari
masyarakat, tentu mereka akan surut juga.
Sayangnya untuk hal seperti ini cukup banyak yang tidak sependapat
dengan alasan sedekah kok dilarang.
Memang persoalannya menjadi sangat rumit. Karena itu disarankan agar kita semua
merenung dengan hati dan pikiran yang bersih untuk mendapatkan pencerahan,
dalam rangka kemaslahatan bersama. Tentu
renungan tersebut harus mempertimbangkan berbagai kemungkinan, plus dan
minusnya, serta muara ujungnya ialah kebaikan bersama. Renungan dibulan yang suci seperti saat ini
sangat memungkinkan untuk dapat memecahkan berbagai problem sosial, seperti
problem maraknya pengemis jalanan.
Kita membayangkan andaikata di
gelandangan yang lalu lalang, tentu kita semua akan bersyukur dan sekaligus
dapat menyaksikan pemandangan yang elok.
Sesungguhnya bayangan seperti yang kita inginkan itu dapat kita raih
asalkan ada komitmen bersama bahwa
infaq, sedekah dan zakat serta amal jariah lainnya yang kita keluarkan,
disalurkan ke lembaga-lembaga kredibel yang akan mengelola dan mendistribusikan
kepada mereka yang memerlukan dan tentu berhak.
Bagaimana kalau kita menemukan pengemis dengan tasmpilan yang sangat
memprihatinkan di jalanan? Apakah kita tega membiarkan mereka kelaparan?. Tentu jawabannya jelas bahwa kita tidak akan
membiarkan mereka kelaparan dan tidak terurus di jalanan. Tetapi caranya tidak dengan memberikan
recehan kepada mereka, tetapi diajak atau dihimbau agar kembali kerumah atau ke
panti-panti sosial, rumah-rumah singgah yang cukup tersedia. Dan kemudian bantu mereka melalui panti-panti
dan rumah singgah tersebut. Sementara
itu lembaga-lembaga zakat yang ada juga
sebaca bersamaan dan bekerjasama dengan panti dan rumah singgah memberikan
pembinaan intensif kepada mereka.
Solusi ini sesungguhnya merupakan alternatif ampuh,
Cuma permasalahannya ada pada diri kita yang tidak mau berkomitmen untuk
membayar zakat, mengeluarkan sedekah, infaq, dan amal jariah lainnya melalui
lembaga dan sekaligus meninggalkan kebiasaan
memberikan santunan di jalanan. Wallahu a`lam